BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
memahami Al-Qur’an, banyak sekali yang salah dalam menafsirkan ayat demi ayat, bahkan dalam
memaknainya saja. Hal ini mengakibatkan pemahaman
mereka kurang sempurna atau bahkan salah kaprah. Maka seyogyanya bagi seseorang
yang benar-benar ingin mendalami Al-Qur’an mengetahui kaidah-kaidah dasar dalam
bahasa arab, khususnya bagi para santri, yang biasanya ketika terjun di
lapangan menjadi rujukan atau patokan bagi para orang awam.
B. Tujuan Masalah
Dengan mempelajari kaidah-kaidah bahasa arab, maka
seseorang akan dengan mudah memaknai beberapa rentetan kalimat. Terlebih kalimat yang ada dalam Al-Qur’an yang sebagai
pedoman umat islam, maka dengan adanya kaidah ini akan sangat membantu seseorang menafsirkan nya dengan benar , yang
kemudian menjalar pada kebenaran ucapan
maupun keyakinan dan bentuk pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kata Verba Pasif (
Fi’il Bina’ Majhul )
Yaitu lafadz yang tidak disebutkan fa’ilnya dalam suatu kalimat,
bahkan fa’ilnya itu dilempar untuk tujuan-tujuan tertentu.[1]
Mengenai adanya kalimat pasif dalam BA, Keraf (1991: 103) ketika
menjelaskan masalah pasif secara universal, memberikan contoh pasif BA sebagai berikut:
قتلت
= engkau dibunuh
قتلت
= saya dibunuh
Dalam tata BA, konstruksi-konstruksi
di atas dikenal dengan nama jumlah mabniyyah li al-majhuli.
Sedangkan verbanya disebut al-fi’lu al-mabniyy li al- majhul. Apa yang
dikemukakan oleh Keraf di atas menunjukkan bahwa, baik dalam BA maupun dalam
BI, terdapat apa yang disebut kalimat pasif.[2]
Dan dalam kalimat pasif harus ada sesuatu (subjek) yang dikenai suatu
pekerjaan.
Sedangkan sesuatu yang dikenai
pekerjaan tersebut dalam sintaksis BA dinamakan dengan Naibul Fa’il yakni isim
yang dibaca rafa’, yang fa’ilnya tidak disebutkan dan isim tersebut menempati
tempat fa’il. Karena itu ia berubah menjadi rofa’ yang semula nashab dan
menjadi pokok kalimat, yang semula menjadi pelengkap, sehingga tidak boleh
dibuang dan tidak boleh mendahului fi’ilnya.[3]
B. Ketentuan Kata Kerja
Pasif ( Fi’il Bina’ Majhul )[4]
1.
Apabila Naibul fa’ilnya berupa muannats,
baik tatsniyah dan jama’ muannats salim, maka fi’ilnya harus diberi tanda
muannatsضربت اختي
2.
Apabila Naibul Fa’ilnya berupa tatsniyah atau jamak (selain jamak
muannats salim), maka fi’il tidak boleh diberi tanda tatsniyah atau jamak (tetap
mufrod). Contoh :
ادخل الاولاد فى
البيت
C. Bentuk Kata Kerja Pasif
( fi’il Bina’ Majhul )[5]
Ø
Apabila huruf sebelum akhir berupa alif / bina’ ajwaf (
selain Sudasi) maka, alifnya diganti dengan ya’. Lalu dikasrah huruf sebelumnya
yang berharakat contoh :
_بيع,كال_كيل باع
Ø
Apabila sudasi, maka alifnya diganti dengan ya’, didlommah
huruf hamzah serta huruf ketiganya dan
huruf sebelum ya; tersebut dikasrah.استتاب_استتيب,استماح_استميح
Ø
Apabila dari fi’il khumasi yang huruf pertamanya berupa ta’
zaidah, maka huruf yang pertama dan kedua dibaca dlommah.contoh : تكلم به.[7]
Ø
Apabila fi’il madly yang berbentuk tsulatsi bina’ ajwaf
bersambung dengan dlomir rafa’ mutaharrek yang ketika mabni ma’lum didlommah
huruf awalnya, maka ketika mabni majhul diharakati kasrah, supaya tidak terjadi
kerancuan_contohزرت_زرت
Ø
Apabila ketentuannya sama dengan diatas, tapi huruf awalnya
dikasrah, maka didlommah ketika berbina’ majhul.[8]بعت _بعت
Ø
Apabila huruf pertama fi’il madly tersebut berupa ta’
tambahan, maka harus didlommah beserta huruf yang kedua, contoh :تكسر_تكسر
Ø
Apabila huruf pertama fi’il madly tersebut berupa hamzah
washal, maka huruf pertama dan ketiga harus didlommah, contoh : اجتمع_اجتمع
2.
Apabila berupa fi’il
mudlori’, maka : U (dlommah) – A (fathah )
Ø
Apabila huruf sebelum akhir berupa huruf mad, maka huruf
mad diganti dengan huruf alif. Contoh : يقول_ يقال,يبيع_يباع,يستطيع_يستطاع
D. Tujuan Kalimat Verba
Pasif (Fi’il Bina’ Majhul)
1.
Untuk menyingkat kalimat (ijaz), karena menganggap mustami’
(pendengar) pintar.[9]
2.
Fa’ilnya telah diketahui. Contoh : وخلق الانسان ضعيفا
3.
Fa’ilnya tidak diketahui. Contoh : سرقت الاطعمة
4.
Adanya rasa takut pada fa’il. contoh : ضرب ابن اخيك بالامس
5.
Untuk merahasiakan. Contoh : ركبت السيارة
6.
Tidak perlu menyebutkan,Contoh : واذا حييتم بتحية
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata verba
pasif adalah lafadz yang tidak disebutkan fa’ilnya dalam suatu kalimat, bahkan
fa’ilnya itu dilempar untuk tujuan-tujuan tertentu
·
Ketentuan
kata kerja pasif
ü Apabila Nabiul fa’ilnya
berupa muannats, maka fi’ilnya harus diberi tanda muannats.
ü Apabila Naibul
Fa’ilnya berupa tatsniyah atau jamak
(selain jamak muannats salim), maka fi’il tidak boleh diberi tanda tatsniyah
atau jamak (harus tetap mufrod).
·
Bentuk Kata Kerja Pasif ( fi’il Bina’ Majhul )
§
Apabila berupa fi’il madly, maka : U (dlommah) – I (kasrah). Dan masih ada ketentuannya lagi
untuk fi’il madly.
§ Apabila berupa fi’il
mudlori’, maka : U (dlommah) – A (fathah). Dan masih ada ketentuan pula untuk
fi’il mudlori’.
Dalam membuat fi’il mabni majhul terdapat banyak
tujuan di antaranya adalah untuk ijaz, fa’ilnya sudah diketahui, dan
sebagainya.
B.
Kritik dan Saran
Subhanallah
Wal Hamdulillah...
Demikianlah sekilas pembahasan tentang
“Kata Verba Pasif Bahasa Arab ”, semoga
bisa bermanfaat untuk kita semua dan kami harap kritik yang membangun dari
dosen pada khususnya dan teman-teman pada umumnya demi perbaikan makalah kami,
karena keterbatasan
referensi yang ada, juga karena
kami sadar makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, tiada gading yang tak
retak, tapi perlu digarisbawahi dan selalu diingat
bahwa “ربنا ما خلقت هذا باطلا”.....!!
KEPUSTAKAAN
Al- Gholayyin, As-Syaikh
Musthofa, Jami’ul Ad-Durus Al-Arabiyah
An-Nadwi, Drs. M
Maftuhin Sholeh, , Lc,terjemah Nadlom Maqsud
Muhammad Arra’ini, Syekh Syamsuddin,
Terjemah Mutammimah Al- Jurumiyah
Sintaksis : Kalimat Pasif Bahasa Arab
Makalah
Ini di Ajukan Dalam Tugas
Mata
Kuliah Linguistik
Dosen
Pengampu:
Abdul Qodir, M. Pd.
Oleh
:
Nur
Lailatus Shofa
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI ISLAM BANI FATTAH
TAMBAKBERAS
JOMBANG
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar