Jumat, 30 Mei 2014

seorang suami mukmin tidak boleh membenci istri mukminah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan berkeluarga memang tidaklah selalu mulus. Kadang suatu  masalah itu timbul karena mulai terjadi ketidakcocokan antara suami dan istri. Terlebih ketika mereka telah menemukan masing-masing kekurangan atau bahkan aib yang sebenarnya telah  menjadi kecenderungan manusia, karena tidak ada manusia yang sempurna. Dan di sisi lain pasti setiap manusia itu memiliki kelebihan yang kadang tidak kita sadari karena yang tampak hanyalah kekurangan yang telah menutup sisi lain yang lebih berharga dan terlupakan.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا (النساء: 19)
“Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukai mereka maka bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.”
Dalam ayat ini Allah ingin mengingatkan dengan perintah-Nya kepada para lelaki supaya mereka bergaul dengan pasangan mereka dengan baik. Tidak semena-mena. Sebenci apapun harus tetap baik kepada mereka. Sebab bisa saja lelaki membenci istrinya padahal banyak kebaikan yang ada pada istri tersebut. Ayat ini meski berkaitan dengan suami istri, tetapi juga berlaku dalam berbagai aspek dalam bergaul kepada orang lain. Bila kita membenci sesuatu, maka jangan lupa bahwa bisa saja Allah menjadikan banyak kebaikan dalam apa yang kita benci. Sehingga di sini kita diingatkan untuk selalu obyektif dan tidak berlebihan dalam membenci sesuatu atau seseorang.
Dari fenomena tersebut kami menyusun makalah ini dengan judul “Pandanglah Wanita dengan Adil”. Agar tidak dipenuhi dengan rasa kebencian. Maka dalam keadaan segenting apapun masalah dalam rumah tangga kita harus tetap bersikap adil. Dan dengan keadilan itu berarti kita harus memandang permasalahan, melakukan hal, menentukan tindakan, dan mempertimbangkan keputusan dengan sepatutnya. Sehingga hubungan rumah tangga pun dapat terhindar dari perceraian yang menjadi jalan yang dihalalkan tetapi juga paling dibenci oleh Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah hadits, terjemah, biografi perowi serta takhrijul hadits tentang larangan membenci istri?
2.      Bagaimanakah tahlil lafdhi dan syarahul hadits tentang larangan membenci istri?
3.      Bagaimanakah Fiqhul hadits tentang larangan membenci istri?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits dan Terjemah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " لَا يَفْرَكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا، رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ ")) أو قال : (( غيره )) رواه مسلم[1]
Artinya:Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. bersabda: seorang suami mukmin tidak boleh membenci istri mukminah, sebab apabila dia membenci satu akhlak dari istrinya tersebut maka dia pasti ridha dengan akhlaknya yang lain (HR. Muslim).[2]

Selasa, 27 Mei 2014

علامات الترقيم


علامات الترقيم



جواباً على طلب بعض القراء وضـعـنـا هـذه الصفحة التعليمية التي نطرح فيها موضوعات تتعلق بلغتنا العربية. وسوف يكون العرض ميسراً وسهلا ما أمكننا ذلك.
وفي هذا العدد نتكلم عن علامات الترقيم : صورتها أو شكلها، أين توضع ، وكيف؟ ومثال على استعمال كل منها.
1- علامة الترقيم :الفاصلة (،)
أين توضع وكيف : بعد النداء، وبين أجزاء الجمل
المثال : يا باغي الخير، أقبل ، ويا باغي الشر، أقصر.

2- علامة الترقيم :الفاصلة تحتها نقطة (؛)
أين توضع وكيف : بين جملتين إحداهما سبب حدوث الأخرى
المثال : إن كنت مسافراً ؛ فودع أهلك.

3- علامة الترقيم : النقطة (.)
أين توضع وكيف : في نهاية الفقرة أو المعنى
المثال : خير الناس أنفعهم للناس.

4- علامة الترقيم : النقطتان (:)
أين توضع وكيف :قبل القول المنقول أو ما في معناه
المثال :قال الله تعالى : ((عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ)).

5- علامة الترقيم : علامة الحذف (...)
أين توضع وكيف : للدلالة على كلام محذوف من النص
المثال : وقف في ساحة المدرسة ... ثم أنشد

6- علامة الترقيم :علامة الاستفهام (؟)
أين توضع وكيف : بعد صيغة السؤال أو الاستفهام
المثال : ما مهنتك؟

7- علامة الترقيم : علامة التعجب (!)
أين توضع وكيف : بعد كلمة أو جملة أو معنى متعجب منه
المثال :ما أجمل أيام الربيع!

8- علامة الترقيم : علامة الاقتباس ( " " )
أين توضع وكيف : يوضع بينهما كلام منقول
المثال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -:"»لا ضرر، ولا ضرار«".

9- علامة الترقيم : الشرطة المعترضة ( - )
أين توضع وكيف : توضع قبل وبعد الجملة الاعتراضية
المثال : إني - والحمد لله - بخير.

10- علامة الترقيم : القوسان الحاصرتان ( [ ] )
أين توضع وكيف: يوضع بينهما كلام ليس من النص أصلاً، أو زائد عليه.
المثال :إن فلسفة شوبنهور [ فيلسوف ألماني مشهور] تشبه فلسفة أبي العلاء المعري.

11- علامة الترقيم : القوسان ( ( ) )
أين توضع وكيف : يوضع بينهما أرقام أو مرجع داخل النص
المثال : خرجت فرنسا مدحورة من الجزائر عام (1961)(1).
الهوامش:
1- يمكن الاستئناس بالصفحة الأخيرة من هذا العدد كمثال تطبيقي لاستعمال بعض علامات الترقيم.
 


الترخم والاستغاثة والندبة

Minggu, 25 Mei 2014

KARAKTERISTIK BAHASA ARAB



KARAKTERISTIK BAHASA ARAB

Perbedaan antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia jelas berpotensi menimbulkan masalah bagi santri dalam mempelajari bahasa Arab. Sebaliknya, semakin banyak aspek persamaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab akan mempermudah santri dalam mempelajarinya.
Karakateristik universal bahasa Arab  pada dasarnya tidak berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Sementara, karakteristik bahasa Arab yang bersifat unik hanya ditemukan dalam bahasa Arab yang membedakaanya dengan bahasa-bahasa lainnya.
Ada beberapa perbedaan antara struktur kalimat bahasa Arab dengan struktur kalimat bahasa Indonesia. Perbedaan ini perlu diketahui dan difahami oleh para penerjemah teks berbahasa Arab agar bisa menjadi panduan dalam kegiatan penerjemahannya. Beberapa perbedaan itu antara lain:
1. Struktur kalimat bahasa Arab lebih banyak menggunakan struktur “jumlah fi’liyah”, sedangkan bahasa Indonesia biasa menggunakan struktur “jumlah ismiyah”.
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, unsur subjek biasanya selalu berada di awal kalimat, yang kemudian diikuti oleh unsur predikatnya.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN "pentingnya mengenal peserta didik"



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Para orang tua pasti ingin memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anaknya. Dan hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, mendidik anak sejak dini sebelum masuk ke jenjang pendidikan formal, memberikan contoh-contoh atau uswah yang baik, menerapkan pola-pola berfikir dan berperilaku yang baik di dalam maupun di luar rumah.
 Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak, terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas; berupa Sekolahan, untuk mengembangkan semua potensi.
Dalam perkembangannya, seorang anak didik pasti memiliki karakter yang berbeda-beda dengan peserta didik lainnya. dengan dasar inilah seorang pendidik hendaknya dapat mengenal anak didiknya, karena secara tidak langsung dapat membantu dalam proses belajar mengajar. oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang pentingnya mengenal anak didik.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa mengenal anak didik itu penting ?
2. Apa tujuan dari mengenal anak didik ?
3. Bagaimana pengaplikasian mengenal anak didik dalam dunia pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya mengenal anak didik
1. Apa dan siapa Murid ?
Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.
2. Alasan pentingnya mengenal anak didik
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat di mana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak tidak hanya mengenal diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya. Tujuan bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh kepribadian dan kemampuannya. Agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang dibimbingnya.
Mengenal anak berarti mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam situasi. Mengenal tidak hanya berati atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah laku tentang anak, karena “data” itu sendiri hanya dapat digunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu di mana fakta-fakta tersebut telah diperoleh.
3. Hal-hal yang Perlu Dikenal pada anak didik Ialah:
a. Hakikat anak : setidaknya terdapat tiga pandangan tentang anak, diantaranya :
·                       Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah orang dewasa yang kecil.  Karena itu segala sesuatunya perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa.
·                       Anak adalah sebagai anak, anak tidak bisa dan tidak mugkin dipersamakan sebagai orang dewasa.
·                       Anak adalah hidup didalam masyarakat dan dipersiapkan untuk hidup di masyarakatnya. Dan pada intinya anak bukan manusia dalam bentuk kecil, atau seorang dewasa minus beberapa hal yang belum dimiliki. Anak adalah seorang yang berada pada sesuatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.
b. Kebutuhan pokok anak : tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila kebutuhan itu tidak dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah tertentu. Kebutuhan pokok dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu: kebutuhan jasmani,kebutuhan kejiwaan (psychologis) dan kebutuhan rohani.
Biasanya kebutuhan jasmani diidentikkan dengan pendidikan akhlak atau tingkah laku, Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
Rasulullah saw bersabda:
”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud).
Dan kebutuhan kejiwaan dan rohani diidentikkan dengan pendidikan keimanan, contohnya seperti Memanfaatkan momen religious
Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bersama. Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah, Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.dengan memberi teladan, anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
c. Langkah-langkah perkembangan: Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil peranan besar dalam membentuk watak anak.
d. Latar belakang masyarakat
e. Latar belakang keluarga
f. Tingkat intelegensi
g. Hasil-hasil belajar
h. Kesehatan badan
i. Hubungan-hubungan antar pribadi
j. Kebutuhan-kebutuhan emoisonal
k. Sifat-sifat kepribadian
l. Bermacam-macam minat belajar

4. Struktur kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
• Nafs Mutmainnah
• Nafs lawwamah
• Nafs amarah`
Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf akhlaq, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Nafsu Mutmainnah ialah nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak kepada kebaikan, selalu menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah dan selalu taat kepada Allah serta selalu menjalankan peraturan-peraturan baik itu di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Nafsu Lawwamah Yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi. Ustadz Arifin ilham pernah mengatakan bahwa orang yang masih memiliki nafsu lawammah ini biasanya disaat ia melakukan maksiat/dosa maka akan timbul penyesalan dalam dirinya, namun dalam kesempatan lain ia akan mengulangi maksiat tersebut yang juga akan diiringi dengan penyesalan-penyesalan kembali. Selain itu ia juga menyesal kenapa ia tidak dapat berbuat kebaikan lebih banyak Nafsu ini tergolong pada tahap kedua, nafsu ini disinyalir Al-Qur’an : Artinya : Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al- Qiyamaah : 2).
Nafsu amarah Yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik. Bahkan, karena kebiasaan berbuat keburukan tersebut, bila mana dia tidak melakukannya, maka dia akan merasa gelisah, sakau dan gundah gulana. Allah SWT berfirman dalam al-qur’an  Artinya: Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku (QS. Yusuf : 53).
B. Tujuan mengenal anak didik
Guru mengenal murid-muridnya dengan maksud agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Adalah penting sekali mengenal dan memahami murid dengan seksama, agar guru dapat menentukan secara seksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan. Beberapa tujuan mengenal anak didik adalah :
a. Tahu bagaimana memperlakukan mereka.
Misalnya kita memiliki anak yang sanguinis, dimana ciri-ciri dasar mereka adalah suka berbicara dan sangat ekspresif. Beberapa orang tua merasa khawatir, saat mengetahui buah hatinya sangat cerewet. Jangan sampai kita membanding-bandingkan dengan orang lain, biasanya saudara kandungnya, yang cenderung pendiam, dengan mengatakan,”Kamu bisa nggak seperti kakakmu, pendiam, dan nggak suka bikin keributan.” Atau dengan banyak melarang anak yang sanguinis untuk bicara. Jangan sampai larangan-larangan kita melukai buah hati kita, dan harus menjadi “orang lain”. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan sang anak. Akan lebih baik bila kita mengarahkan “kekurangan” sang anak tersebut menjadi sebuah kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta demi kebaikan masa depan sang anak. Misalnya, dengan mengajarkan mereka kata-kata yang baik, mengajari mereka menasihati, menghindarkan mereka dari kata-kata yang kasar (yang bisa menyakiti orang lain), mengajari mereka untuk berbicara dengan lembut (tidak dengan membentak), sehingga nantinya saat mereka dewasa, mereka menjadi anak yang baik dalam bertutur kata dan bertindak.
b. Mengenal potensi dan bakat anak
Dalam hal ini akan dicontohkan pribadi seorang anak yang mempunyai karakter melankolis, Kebanyakan anak melankolis memiliki bakat-bakat di bidang seni, misalnya bermain piano, menulis, menggambar, dan masih banyak lagi. Hobi mereka cenderung sesuatu yang membutuhkan konsentrasi dan membutuhkan waktu untuk sendiri untuk mendapatkan hasil yang baik.
Anak melankolis cenderung suka menyendiri. Tentu saja bila kita terlalu banyakmereka menyendiri akan memberikan dampak yang tidak baik bagi masa depan mereka, misalnya mereka bisa tumbuh menjadi anak yang anti-sosial. Maka kita harus mengarahkan mereka agar mereka mau bersosialisasi, misalnya dengan meminta mereka bergabung dalam organisasi sosial dan agama, mengikutkan mereka dengan bimbingan belajar yang bersifat non-privat, mendorong mereka untuk berani tampil (ikut lomba-lomba dan pentas seni), dan masih banyak lagi.
c. Membentuk mereka agar memiliki kedewasaan yang utuh
 Semua orang yang ingin bisa diterima oleh setiap orang harus belajar untuk memiliki dan minimal memahami karakter yang lain. Itulah pentingnya bersosialisasi dan bimbingan dari orang tua. Jadi meskipun buah hati kita berkarakter koleris, tetap belajar memahami perasaan orang lain seperti anak melankolis, tetap bisa belajar tersenyum meski hati sedang gundah seperti anak sanguinis, meski suka mengatur dan cenderung ingin “berkuasa, namun tetap “cinta damai” seperti anak plegmatis.
Untuk bisa menjadi pribadi yang dewasa seperti itu, selain mengetahui kekurangan mereka, mereka juga harus belajar menghilangkan atau minimal mengontrol “kekurangan” mereka.
d. Mengendalikan kekurangan
Menghilangkan kekurangan yang ada di dalam diri kita hampir tidak mungkin, karena setiap orang pasti memiliki kekurangan. Yang paling mungkin dilakukan adalah mengendalikan kekurangan. Misalnya sifat pemarah, banyak bicara, dan terlalu pendiam. Kita bisa mengendalikannya dengan marah yang masih memakai akal sehat, banyak bicara yang kata-katanya bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri serta orang lain, dan pendiam yang bisa memberikan suasana damai kala terjadi pertengkaran.
Bagaimana pun caranya, kita harus mengajak anak didik kita pentingnya bersosialisasi dan membimbing mereka. Cara terbaik untuk bisa mengendalikan kekurangan seseorang adalah dengan belajar menerima kekurangan setiap orang. Cara terbaik bisa menerima kekurangan setiap orang adalah dengan belajar memahami setiap orang. Dan cara terbaik untuk bisa memahami setiap orang adalah dengan cara bersosialisasi.
C. Pengaplikasian mengenal anak didik dalam pesantren
Mengenal anak didik dalam pendidikan di pesantren memiliki karakter yang berbeda jika dibandingkan dengan mengenal anak didik diluar pesantren. karena dilingkungan pesantren umumnya santri beranggapan atau berfikir bahwa ia tidak lagi bebas seperti ketika dirumah. Dengan alasan inilah terkadang terjadi pemberontakan-pemberontakan dalam diri santri yang salah satunya dilampiaskan dengan tidak mentaati peraturan pondok.
Berdasarkan permasalahan ( kasus ) di atas, maka kami melakukan sedikit wawancara dengan salah satu pendidik madrasah diniyyah di PPP. AL-MARDLIYYAH BAHRUL ULUM dengan beberapa pertanyaan di bawah ini :
1.                     Bagaimana jika anda dihadapkan dengan santri yang malas diniyyah ?
2.                     Pendekatan apa yang akan anda lakukan ?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3.      Alasan pentingnya mengenal anak didik adalah karena Tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang dibimbingnya.
4.      Beberapa tujuan mengenal anak didik adalah agar kita tahu bagaimana kita memperlakukan mereka, mengenali potensi dan bakat anak, membentuk mereka agar memiliki kedewasaan yang utuh dan mengendalikan kekurangan.
B. Saran
Seyogyanya para pembimbimg atau pendidik tidak menempatkan diri sendiri diatas kedudukan anak; akan tetapi sebaiknya mendudukkan diri disamping anak didikya. sehingga pendidik mampu memahami anak didiknya.