Sabtu, 24 Mei 2014

pola dasar struktur BA



A.    Pola dasar struktur bahasa Arab
Kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya yang pada umumnya terdiri dari kata harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu mesti diurutkan menurut aturan-aturan yang sudah dibisakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.[1]
Sebagaimana dimaklumi bahwa setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri yang mungkin berbeda dari satu bahasa ke bahasa yang lain Bahasa Arab mempunyai sistem tersendiri dalam merangkai kata-katanya.[2]Dalam tata bahasa Arab dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1.      ISIM ( اِسْم )
2.      FI'IL ( فِعْل )
3.      HARF ( حَرْف )
Secara gramatikal, struktur bahasa Arab dikelompokkan menjadi dua macam,yaitu Jumlah Ismiyah, dan Jumlah Fi’liyah. Jumlah Ismiyah adalah sturktur bahasa Arab yang dimulai dengan kata benda (isim). Sementara Jumlah Fi’liyah merupakan struktur bahasa Arab yang dimulai dengan kata kerja (fi’il). Coba perhatikan contoh berikut :
Dalam bahasa Arab dua model struktur tersebut berlaku dan dibenarkan menurut kaidah bahasa.keduanya dapat kita temukan dalam setiap tulisan berbahasa Arab,kapanpun dan dimanapun, secara bersama-sama tanpa diunggulkan antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian, jika kita mencermati kedua model struktur itu, maka hanya struktur ismiyah yang sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dengan kata lain, bahasa Indonesia tidak mengenal struktur fi’liyah.
Struktur bahasa Indonesia mengikuti pola DM (diterangkan-menerangkan); kadang berbentuk SP (subjek-predikat),SPO (subjek-predikat-objek) dan SPOK (subjek-predikat-objek-keterangan). Pola seperti ini – sekali lagi – di dalam bahasa Arab hanya dapat ditemukan padanannya pada pola struktur ismiyah.
Tetapi tidak demikiandengan pola struktur fi’liyah. Model struktur ini tidak dapat ditemukan pdanannya atau bahkan berbeda dengan bahasa Indonesia. Jika kedua contoh ynag terdapat pada lajur struktur fi’liyah tersebut di atas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara literal (apa adanya), maka akan didapat : ‘berdiri Utsman’ dan ‘menjalanka shalat orang muslim di masjid setiap hari’. Terjemahan ini jelas tidak lazim (tidak sesuai) dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa Indoensia memiliki dua pola struktur dasar, yaitu ismiyah (diterangakn-menerangkan) dan fi’liyah (menerangkan-diterangkan). Bahasa Indonesia hanya menganut pola DM. oleh karena itu, jika kita menemukan pola struktur fi’liyah dalam bahasa Arab dan hendak menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia, maka harus mengikuti asaa pola DM sebagaimana yang berlaku dalam kaidah bahasa Indonesia itu sendiri. Ini merupakan pola dasar struktur bahasa masing-masing (bahasa Indonesia dan bahasa Arab) yang harus diketahui oleh setiap penerjemah.


[1] Abdul Razak, Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi, 1986, PT. Gramedia : Jakarta. Hal : 7
[2] http://sukamta.wordpress.com/2010/05/16/bahasa-arab-struktur-kalimat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar