A.
Pola dasar struktur bahasa Arab
Kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya yang pada
umumnya terdiri dari kata harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu
sama lain. Kata-kata itu mesti diurutkan menurut aturan-aturan yang sudah
dibisakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
pemakai bahasa itu.[1]
Sebagaimana
dimaklumi bahwa setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri yang mungkin berbeda
dari satu bahasa ke bahasa yang lain Bahasa Arab mempunyai sistem tersendiri
dalam merangkai kata-katanya.[2]Dalam
tata bahasa Arab dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم )
2. FI'IL ( فِعْل )
3. HARF ( حَرْف )
Secara gramatikal, struktur bahasa Arab
dikelompokkan menjadi dua macam,yaitu Jumlah Ismiyah, dan Jumlah
Fi’liyah. Jumlah Ismiyah adalah sturktur
bahasa Arab yang dimulai dengan kata benda (isim). Sementara Jumlah
Fi’liyah merupakan struktur bahasa Arab yang dimulai dengan kata kerja (fi’il).
Coba perhatikan contoh berikut :
Dalam bahasa Arab dua model struktur tersebut berlaku dan dibenarkan
menurut kaidah bahasa.keduanya dapat kita temukan dalam setiap tulisan
berbahasa Arab,kapanpun dan dimanapun, secara bersama-sama tanpa diunggulkan
antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian, jika kita mencermati kedua
model struktur itu, maka hanya struktur ismiyah yang sesuai dengan
struktur bahasa Indonesia. Dengan kata lain, bahasa Indonesia tidak mengenal
struktur fi’liyah.
Struktur bahasa Indonesia mengikuti pola DM (diterangkan-menerangkan);
kadang berbentuk SP (subjek-predikat),SPO (subjek-predikat-objek) dan SPOK
(subjek-predikat-objek-keterangan). Pola seperti ini – sekali lagi – di dalam
bahasa Arab hanya dapat ditemukan padanannya pada pola struktur ismiyah.
Tetapi tidak demikiandengan pola struktur fi’liyah. Model struktur
ini tidak dapat ditemukan pdanannya atau bahkan berbeda dengan bahasa
Indonesia. Jika kedua contoh ynag terdapat pada lajur struktur fi’liyah tersebut
di atas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara literal (apa adanya),
maka akan didapat : ‘berdiri Utsman’ dan ‘menjalanka shalat orang muslim di
masjid setiap hari’. Terjemahan ini jelas tidak lazim (tidak sesuai) dengan
kaidah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa Indoensia
memiliki dua pola struktur dasar, yaitu ismiyah (diterangakn-menerangkan)
dan fi’liyah (menerangkan-diterangkan). Bahasa Indonesia hanya menganut
pola DM. oleh karena itu, jika kita menemukan pola struktur fi’liyah dalam
bahasa Arab dan hendak menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia, maka harus
mengikuti asaa pola DM sebagaimana yang berlaku dalam kaidah bahasa Indonesia
itu sendiri. Ini merupakan pola dasar struktur bahasa masing-masing (bahasa
Indonesia dan bahasa Arab) yang harus diketahui oleh setiap penerjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar