Selasa, 20 Mei 2014

METODE ILMIAH-IAD



PENDAHULUAN
Bismillahirrohmanirrohim
 Al - Hamdulillah, karena Rahmat Allah YME, makalah ini dapat terselesaikan. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf  yang sebesar - besarnya.
Allahumma Shalli Alaa Sayyidina Muhammad, semoga gema sholawat selalu kita dengarkan dari lisan orang – orang yang senantiasa mendapatkan Rahmat. Amiiiin
Latar belakang masalah
Kita semua tahu bahwa alam sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek biologis, dsb. Sebab itu dapat dikatakan mustahil bahwa ilmu dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya.Demikian pula apa yang dicapai oleh ilmu ilmiah. Kebenaran yang dapat dicapai hanya dari beberapa aspek saja.
Dewasa ini, banyak Ilmuan yang tidak mengetahui salah satu objek yang diselidiki, dalam hal ini Ilmuan masih belum lengkap pengetahuannya tentang objek itu. Mereka belum mencapai kebenaran atas objeknya, walaupun demikian Ilmu harus Objektif.
Untuk mencapai kebenaran yakni terdapatnya persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya, biasanya tidak dengan kebetulan, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya peluang untuk itu. Tetapi hal ini tidak sering terjadi.
Pada saat ini pun para Ilmuan belum sepenuhnya menggunakan suatu metode untuk menjaminagar tidak terjadi kekeliruan. Dengan begitu, yakni metode yang tepat Ilmu akan mencapai kebenaran.

Tujuan
Kami berharap dengan hadirnya karya ilmiah yang sederhana ini pembaca khususnya  pelajar di STIBAFA mengetahui bahkan dapat memahami, dan seterusnya mampu untuk menerapkan ilmunya, baik dalam bentuk pustaka maupun empiris. Sehingga menjadikan pembaca mempunyai pribadi yang Ilmiah.



 BAB I
METODE ILMIAH

A.    Lahirnya Ilmu Ilmiah
Pengalaman adalah salah satu cara terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta.
Ilmu ilmiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Yaitu kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil percobaan akan menghasilkanm konsep selanjutnya
B.    Metode Ilmiah
1.     Metode Ilmiah
  Metode Ilmiah : Gabungan antara dua pendekatan rasional dan pendekatan empiris yang saling bertentangan. Rasionalisme memberi kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme dalam memastikan kebenarannya memberikan kerangka pengujiannya.[1]
Perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman Banylonia (650 M), dimana orang percaya adanya banyak Dewa dsb. Pengrtahuan-pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain :
a)      Prasangka
Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.

b)      Intuisi
Yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perbendaraan pengetahuannya terdahulu melelui suatu proses yang tak disadari. Jadi seolah-olah begitu saja memuat pendapat itu tanpa dipikir. Pengetahuan yang dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapannya sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan.
c)      Trial and Error
Yaitu memberikan respon terhadap situasi baru dan mencari jalan keluar dari probl;em-problem yang dihadapinya.[2] Atau metode coba-coba atau untung-untungan.
 Penetahuan pada manusia yamg diperoleh melalui cara ini banyak sekali, yaitu sjak zaman manusia purba hingga sekarang. Banyak juga penemuan hasil “Trial and Error” sangat bermanfa’at bagi manusia, misalnya ditemukannya kulit kina obat Malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.
 Pada zaman Yunani orang cenderung untuk mengikuti ajaran dari ahli pikir / penguasa. Namun ternyata ajaran mereka banyak yang keliru, karena ahli pikir itu terlalu mengandalkan atas pemikiran / akal sehat dan kebenaran yang dianut itu adalah yang masuk akalnya.
 Contohnya, stiap hari kita melihat matahari terbit Dari timur, lalu terbenam dibarat. Maka masuk akallah bila dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi bumi.
 Pengetahuan yang didapat dengan cara-cara tersebut diatas itu tidak Ilmiah, karena tidak memenuhi empat syarat, yaitu
1)      Dobjektif
Artinya Ilmu pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, maksudnya adalah bahwa kessuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau Empiris.
2)      Metodik
Artinya ilmu pengetahuan itu harus disusun dengan menggunakan cara-cara atau metode ilmiah yang sesuai dan cocok. Yaitu metode-metode yang bisa dipergunakan untuk mengadakan penyelidikan pendidikan ilmu pengetahuan sacara modern.[3]
3)      Sistematik
Artinya Ilmu pengetahuan itu harus disusun dari yang mudah menuju hal-hal yang sulit. Masalah sistematis adalah tergantung pada kesenangan atau selera, yang penting adalah dalam menguraikan suatu masalah untuk disusun menjadi suatu Ilmu pengetahuan yang tersusun dengan teratur dan harus menurut tata aturan Ilmiah.[4]
Bisa diartikan bahwa Ilmu pengetahuan itu tersusun dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4)      Berlaku Umum
Artinya pengetahuan itu berlaku atau dapat diamati oleh semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Ditinjau dari sejarah cara berfikir manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, yaitu :
1.      Cara yang didasarkan pada rasio, paham yang dikembangkan dikenal dengan rasionalisme, dan
2.      Cara yang didasarkan pada pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme.
a.     Rasionalisme
         Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio sajalah yang membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran “Mengetahui” ide tersebut, tetapi manusia tidak menciptakannya. Sebelum manusia berusaha untuk memikirkannya, ide / prinsip ini sudah ada.
Menurut kaum rasionalis, fungsi pikiran manusia hanyalah mengenai ide / prinsip ini tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuannya. Ide / prinsip yang sebelumnya memang sudah ada dan bersifat apriori tersebut dapat diketahahui manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak menghasilkan prinsip, tetapi sebaliknya dengan mengetahui prinsip yang diperoleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian - kejadian yang terjadi / berlaku dalam alam sekitarnya.
Masalah utama yang tedapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar - dasar pemikiran atau alasan - alasan yang digunakan dalam penalaran deduktif Dasar - dasar penalaran tersebut semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Dengan demikian, maka pemikiran rasional cenderung untuk untuk bersifat subjektif dan solipsistic, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam otak orang yang berfikir tersebut.
b.   Empirisme
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang kongkrit. Menurut anggapan mereka, gejala - gejala alam bersifat konkret dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera. Bagi kaum empiris pernyataan tentang ada dan tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran - kebenaran dari fakta atau objek tersebut harus didasarkan pada pengalaman menusia.
Kaum empiris berpegang pada prinsip keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala - gejala alam berlangsung dengan pola - pola tertentu. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui bagaimana terjadi pada masa lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku benda - benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya dimasa mendatang.
Kaum empiris juga menggunakan prinsip - prinsip keserupaan ; gejala - gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka dimungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku terhadap gejala - gejala yang bersifat individual.
Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbul berbagai masalah, diantaranya adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan tersebut cenderung merupakan kumpulan fakta yang satu dan sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan mungkin tercapai hal - hal yang kontradiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta ataupun rangkaian dari berbagai fakta belum tentu menunjukkan pengetahuan yang sistematis.
Terdapat pula masalah yang bersangkuata dengan hakikat pengalaman. Kaum empiris sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini, merupakan stimulus panca indera, persepsi, ataukah sensasi. Mereka merupakan gejala yang diperoleh dengan panca indera. Dapatkah panca indera ini dandalkan sebagai alat yang nyata?
C.      Implementasi Metode Ilmiah
  Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah materi. Pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara memperoleh ilmu pengetahuan itu menentukan apakah penetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak. Pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmu ilmiah. Sebagai langkah pemecahan dapat dirinci sebagai berikut :
a.      Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah. Segala sesuatu yang tidak dapat diindra, maka tidak dapat diselidikioleh ilmu Ilmiah, meskipun pengindraan tidak selalu langsung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atomyang tidak dapat kita indrasecara langsung, tetapi efek - efeknya dapat ditunjukkan melalui alat - alat. Seperti halnya pikiran, tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
Agar pengindraan tepat dan benar, maka perlu pengulangan , (dan pengulangan itu dapat juga dilakukan oleh orang lain). Kaerena sering adanya prasangka yang melekat pada pengindraan itu. Seorang ahli hukum lebih tajam pengindraannya terhadap saksi dari pada orang umum, demikian juga ahli musik yang indra pendengarannya lebih tajam.
b.      Perumusan Masalah atau Problem
Setelah pengindraan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menemukan masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan : Apakah yang ditemukan melalui pengindraan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan seterusnya. Masalah itu harus jelas batas - batasnya serta dikanal faktor - faktor yang mempengaruhinya. Pertanyaan “Mengapa ala mini ada?” termasuk kategori yang tidak dapat diuji, sehingga hal itu tidak termasuk bidang ilmu Ilmiah.
c.       Penyusun Hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotetis adalah jawaban berupa dugaan sementara dari masalah yang telah dirumuskan. Pengajuan hipotetis ini didasarkan pada permasalahan yang bersifat rasional. Kerangka pemikiran sementara yang diajukan tersebut disusun secara deduktif berdasarkan pengetahuan yang telah diketahui kebenarannya.
d.      Eksperimen
Eksperimen atau pengujian merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, dikumpulkan fakta - f akta yang relevan dengan hipotetis. Fakta - fakta ini dapat diperoleh melelui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba.
e.       Penyimpulan Teori
Apabila suatu hipotetis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan, dan bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen yang dilakukan di labolatorium, dimana eksperimen itu dilakukan oleh berbagai peneliti oleh bukti - bukti menunjukkan hal yang dapat dipercaya, maka disusun suatu teori.
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh melelui urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya.
D.  Keterbatasan Metode Ilmiah

Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah.Kita telah mengetahui bahwa data yang dipergunakan untuk mengambilkesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan, kita mengetahui pula bahwa panca indera kita mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-faktayang dikumpulkan adalah kekeliruan sehingga itu juga akan keliru. Jadikemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah atau dengan kata lainnya.
 
kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan alam (IPA) bersifat tentatif. Artinya, sebelum ada kebenaran itu yang dapat menolak kesimpulan itu, maka kesimpulan itu dianggap benar. Sebaliknya,kesimpulan itu, maka kesimpulan itu dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatukesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak,artinya tidak akan berubah sepanjang masa.

E.    Keunggulan Ilmu Ilmiah
Adapun keunggulan yang akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut.mencintai kebenaran yang obyektif, bersikap adil dan itu semuaakan menjurus ke arah hidup yang bahagia..Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut hal ini dapatmenjurus ke arah mencari kebenaran itu.


BAB II
SIKAP ILMIAH

Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah

1).   Jujur
          Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Dalam penelaahan ilmiah ada hal - hal yang memaksa pada ilmuan yakni yang kita sebut factor control. Disamping control internal ada pula control eksternal. Dalam hal ini ilmuan lain akan mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan kondisi yang dibuat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian diatas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur - jujur-Nya, dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan.
          Seorang ilmuan telah dilatih untuk memperhatikan control internal dalam setiap penelitiannya. Dengan ini faktor - faktor kebetulan disingkirkan. Dalam suatu penelitian tentang pengaruh sejenis obat tertentu, dibuat kelompok penderita yang diberi obat tertentu dan kelompok lain yang tidak diberi obat sebagai kelompok kontrol.

2).   Terbuka
          Seorang ilmuan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas, dari praduga. Ia meyakini bahwa prasangka, kebencian, baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan dengan buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak, jadi ia akan terbuka dengan pendapat orang lain.

3).   Toleran
          Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat, ia bahkan bersedia mengakui ; bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin salah. Sedangkan pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Ia tidak akan memeksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia mempunyai tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap anggkuh.

4).   Skeptis
          Ilmuan mencari kebenaran akan bersikap hati - hati meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti - bukti yang melatar belakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti - bukti yang kuat.
          Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritismengenai setiap informasiyang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah sehingga menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya, perlu dicek. Informasi memerlukan verifikasi. Setelah bukti - bukti cukup ilmuan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.

5).   Optimis
            Seorang ilmuan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi ia akan mengatakan “ Berikan saya suatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “. Ia selalu optimis . Rasa humor seorang ilmuan ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan maupun optimis seseorang.

6).   Pemberani
            Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifatnya personal. Ilmuan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura - puraan, kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan. Keberanian Copernecus, Galileo, Sociates, telah banyak diketahui orang. Copernecus dan Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumi adalah pusat alam semesta, tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet - planet lainnya berputar. Socrates memilih mati meminum racun dari pada menerima hal yang salah.

7).   Kreatif
            Torrance ( 1964 M ) mendefinisikan kreatifitas sebagai proses pertumbuhan hingga peka akan masalah, kekurang sempurnaan, kekurangtahuan, ketidak lengkapan, ketidakharmonisan, dan seterusnya : mengenal kesulitan, mencari pemecahan, membuat dugaan, merumuskan, menguji, dan mengubah hipotesis, serta melaporkan hasil penelitian. Sumbangan beberapa ilmuan sebagai bukti kreatifitas yang dipunyainya, dapat ditelaah dalam buku - buku sejarah ilmu pengetahuan.
            Sifat kreatifitas menunjukkan pada kita arah tujuan yang akan hndak dicapai seseorang yang hendak mnumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorangpun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh - sungguh.

KESIMPULAN


Untuk menghasilkan suatu karya Ilmiah harus menggunakan metode yang benar, yakni menggunakan metode Ilmiah, yang harus melakoni 5 langkah secara berurutan, bersikap Ilmiah, dan memenuhi syarat - syarat metode Ilmiah, diantaranya ialah harus objetif, mtodik, sistematis, dan sebagainya.
Wa Allahu A’lam bis Showab ……………..



DAFTAR PUSTAKA

Ø  http//www.petuah.com/Ilmu-alamiah- dasar – i-a-d/
Ø  http//www.sribd.com/doc/32524799/metode-ilmiah.
Ø  Ibnu Mas’ud, Drs. H. Paryono, Joko, Ilmu Alamiah Dasar, Cetakan ke-1, Bandung, Pustaka Setia, th. 1998


[1] . Drs. H. Ibnu Mas’ud – Drs. Soko Paryono, Penerbit : Pustaka Setia Bandung. Cetakan 1 Th.     1998 Hal 15
[2].  Drs. Moch. Ishom Ahmadi. ZE. Ya Ayyatuhal an - Nafsul Muthmainnah
[3] . Drs. Moch. Ishom Ahmadi ZE. Kaifa Nurobbi : hal 2
[4] . Drs. Moch. Ishom Ahmadi ZE. Kaifa Nurobbi : hal 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar