Minggu, 25 Mei 2014

KARAKTERISTIK BAHASA ARAB



KARAKTERISTIK BAHASA ARAB

Perbedaan antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia jelas berpotensi menimbulkan masalah bagi santri dalam mempelajari bahasa Arab. Sebaliknya, semakin banyak aspek persamaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab akan mempermudah santri dalam mempelajarinya.
Karakateristik universal bahasa Arab  pada dasarnya tidak berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Sementara, karakteristik bahasa Arab yang bersifat unik hanya ditemukan dalam bahasa Arab yang membedakaanya dengan bahasa-bahasa lainnya.
Ada beberapa perbedaan antara struktur kalimat bahasa Arab dengan struktur kalimat bahasa Indonesia. Perbedaan ini perlu diketahui dan difahami oleh para penerjemah teks berbahasa Arab agar bisa menjadi panduan dalam kegiatan penerjemahannya. Beberapa perbedaan itu antara lain:
1. Struktur kalimat bahasa Arab lebih banyak menggunakan struktur “jumlah fi’liyah”, sedangkan bahasa Indonesia biasa menggunakan struktur “jumlah ismiyah”.
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, unsur subjek biasanya selalu berada di awal kalimat, yang kemudian diikuti oleh unsur predikatnya.
2. Pada umumnya, teks berbahasa Arab tidak memiliki tanda baca atau pungtuasi yang kompleks, (kecuali beberapa tulisan dalam buku modern, surat kabar dan majalah), sedangkan bahasa Indonesia (dan bahasa lain yang menggunakan aksara Latin) memiliki tanda baca yang relatif lengkap.
Selain itu, kalimat bahasa Arab biasanya terdiri dari satuan-satuan yang sangat pendek. Untuk menghubungkan satuan-satuan tersebut digunakan kata hubung yang berupa huruf athaf seperti wawu, fa, dan tsumma.
Pada sisi yang lain, seringkali tanda baca koma (,) dalam bahasa Arab berarti titik (.) dalam bahasa Indonesia. Lebih dari itu, beberapa kata hubung dalam bahasa Arab seperti wawu, fa, dan tsumma sebaiknya kita terjemahkan hanya dengan menggunakan tanda baca saja.
3. Dalam kalimat pasif (jumlah majhul) bahasa Arab, selalu tidak menyebutkan subjek pelakunya, sedangkan dalam struktur kalimat pasif bahasa Indonesia, sangat sering disebutkan subjek pelakunya.
Selain itu, banyak pula kita jumpai dalam bahasa Arab beberapa ungkapan yang berbentuk pasif (majhul) tetapi bermakna aktif (ma’lum) dalam bahasa Indonesia, seperti ungkapan سُرِرْتُ بِلقائك    yang jika kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Saya senang bertemu anda” bukan “Saya disenangkan dengan bertemu anda”. Juga ungkapan:  تُوُفيت فاطمة   yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Fatimah telah meninggal”, bukan “Fatimah telah diwafatkan”.
4. Kalimat bahasa Arab sangat menekankan adanya kesesuaian antar berbagai unsur kalimat, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak mengenal kesesuaian tersebut.
Dalam gramatika bahasa Arab, persoalan kesesuain merupakan hal penting yang harus difahami dan diperhatikan. Ada beberapa kesesuaian yang lazim dalam bahasa Arab, yaitu: (1) kesesuaian antara subjek dan predikatnya baik berupa kata kerja (fi’il) maupun khabarul mubtada; (2) kata ganti (dhamir); dan (3) struktur shifat dan maushufnya.
5. Pembagian kuantitas kata dalam bahasa Arab terdiri dari mufrad (tunggal), tatsniyah (dua), dan jamak (plural), sedangkan dalam bahasa Indonesia, pembagian kuantitas kata hanya terdiri dari dua kategori, yaitu kata tunggal (singular) dan jamak (plural).
Ketika kita menerjemahkan bentuk mufrad dan jamak, kita tidak akan banyak mengalami kesulitan, tetapi dalam menerjemahkan bentuk kata tatsniyah kita perlu melakukan beberapa penyesuaian.
6.Kata kerja dalam bahasa Arab mengenal pembagian kala atau tenses, yang dibagi menjadi lampau (al-madli), kini (al-hadlir), dan akan datang (al-mustaqbal), sedangkan dalam bahasa Indonesia, pembagian tenses ini tidak dikenal. Namun, untuk menunjukkan waktu, bahasa Indonesia menggunakan bantuan kata keterangan waktu seperti “telah, sedang, akan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar