KARAKTERISTIK BAHASA ARAB
Perbedaan antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia jelas berpotensi
menimbulkan masalah bagi santri dalam mempelajari bahasa Arab. Sebaliknya,
semakin banyak aspek persamaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab akan
mempermudah santri dalam mempelajarinya.
Karakateristik universal bahasa
Arab pada dasarnya tidak berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain.
Sementara, karakteristik bahasa Arab yang bersifat unik hanya ditemukan dalam
bahasa Arab yang membedakaanya dengan bahasa-bahasa lainnya.
Ada beberapa perbedaan antara struktur kalimat bahasa Arab dengan
struktur kalimat bahasa Indonesia.
Perbedaan ini perlu diketahui dan difahami oleh para penerjemah teks berbahasa
Arab agar bisa menjadi panduan dalam kegiatan penerjemahannya. Beberapa
perbedaan itu antara lain:
1. Struktur kalimat bahasa Arab
lebih banyak menggunakan struktur “jumlah fi’liyah”, sedangkan bahasa Indonesia
biasa menggunakan struktur “jumlah ismiyah”.
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia,
unsur subjek biasanya selalu berada di awal kalimat, yang kemudian diikuti oleh
unsur predikatnya.
2. Pada umumnya, teks berbahasa
Arab tidak memiliki tanda baca atau pungtuasi yang kompleks, (kecuali beberapa
tulisan dalam buku modern, surat kabar dan
majalah), sedangkan bahasa Indonesia
(dan bahasa lain yang menggunakan aksara Latin) memiliki tanda baca yang
relatif lengkap.
Selain itu, kalimat bahasa Arab
biasanya terdiri dari satuan-satuan yang sangat pendek. Untuk menghubungkan
satuan-satuan tersebut digunakan kata hubung yang berupa huruf athaf
seperti wawu, fa, dan tsumma.
Pada sisi yang lain, seringkali
tanda baca koma (,) dalam bahasa Arab berarti titik (.) dalam bahasa Indonesia.
Lebih dari itu, beberapa kata hubung dalam bahasa Arab seperti wawu, fa, dan
tsumma sebaiknya kita terjemahkan hanya dengan menggunakan tanda baca
saja.
3. Dalam kalimat pasif (jumlah
majhul) bahasa Arab, selalu tidak menyebutkan subjek pelakunya, sedangkan dalam
struktur kalimat pasif bahasa Indonesia,
sangat sering disebutkan subjek pelakunya.
Selain itu, banyak pula kita
jumpai dalam bahasa Arab beberapa ungkapan yang berbentuk pasif (majhul)
tetapi bermakna aktif (ma’lum) dalam bahasa Indonesia, seperti
ungkapan سُرِرْتُ بِلقائك yang jika kita
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Saya senang bertemu anda” bukan
“Saya disenangkan dengan bertemu anda”. Juga ungkapan: تُوُفيت فاطمة
yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Fatimah
telah meninggal”, bukan “Fatimah telah diwafatkan”.
4. Kalimat bahasa Arab sangat menekankan
adanya kesesuaian antar berbagai unsur kalimat, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak mengenal kesesuaian tersebut.
Dalam gramatika bahasa Arab,
persoalan kesesuain merupakan hal penting yang harus difahami dan
diperhatikan. Ada
beberapa kesesuaian yang lazim dalam bahasa Arab, yaitu: (1) kesesuaian antara
subjek dan predikatnya baik berupa kata kerja (fi’il) maupun khabarul
mubtada; (2) kata ganti (dhamir); dan (3) struktur shifat dan maushufnya.
5. Pembagian kuantitas kata
dalam bahasa Arab terdiri dari mufrad (tunggal), tatsniyah (dua),
dan jamak (plural), sedangkan dalam bahasa Indonesia, pembagian
kuantitas kata hanya terdiri dari dua kategori, yaitu kata tunggal (singular)
dan jamak (plural).
Ketika kita menerjemahkan bentuk
mufrad dan jamak, kita tidak akan banyak mengalami kesulitan, tetapi dalam
menerjemahkan bentuk kata tatsniyah kita perlu melakukan beberapa
penyesuaian.
6.Kata kerja dalam bahasa Arab
mengenal pembagian kala atau tenses, yang dibagi menjadi lampau
(al-madli), kini (al-hadlir), dan akan datang (al-mustaqbal), sedangkan dalam
bahasa Indonesia, pembagian tenses ini tidak dikenal. Namun, untuk menunjukkan
waktu, bahasa Indonesia menggunakan bantuan kata keterangan waktu seperti
“telah, sedang, akan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar