Selasa, 26 Agustus 2014

3 Amal Yang Tidak Terputus Pahalanya



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
“ Manusia yang paling utama adalah orang mukmin yang berilmu, yang apabila dibutuhkan ia memberikan manfaat, dan apabila tidak dibutuhkan ia memberikan manfaat pada dirinya sendiri.” (H.R. al-BaihaqidariHaditsAbiDarda’ )[1]
Keutamaan orang yang mengajarkan ilmu itu tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri saja tapi juga orang lain. Hingga ia meninggalpun ilmu itu akan menyelamatkannya dan menjadi salah satu peninggalan yang terbaik . Pada pembahasan kali ini kami akan membahas hadits tentang 3 Amal Yang Tidak Terputus Pahalanya.


B.     RumusanMasalah
1.      Bagaimana bunyi hadits secara utuh ?
2.      Bagaimana profil perawi  hadits tersebut?
3.      Bagaimana bentuk takhrij haditsnya ?
4.      Apakah hadits secara umumnya?
5.      Bagaimana makna (syarah) dan fiqhul  haditsnya?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadits Mengenai 3 Amal Yang Tidak Terputus Pahalanya

241- حَدَّثَنَا إسْمَاعِيْلُ بْنُ أبِي كَرِيْمَةَ  الْحَرَّانِيَّ . حَدَّثّنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أبِي عَبْدِ الرّحَيْم . حَدَّثَنِي  زَيْدُ بْنُ أبِي أُنَيْسَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أسْلَمَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أبِي قَتَادَةَ عَنْ أبِيْهِ قَالَ : - قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله  عليه وسلمَ ( خَيْرُ مَا يُخَلَّفُ الرَّجُلُ مِنْ بَعْدِهِ ثَلَاثُ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ وَصَدَقَةٌ تَجْرِي يَبْلُغُهُ أَجْرُهَا وَعِلْمٌ يُعْمَلُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ )  قَالَ أبُو الْحَسَنِ وَحَدَّثَنَا أبُو حَاتِم مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيْدَ بْنِ سِنَانِ الرَّهَاوِيّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أبِي قَتَادَةَ عَنْ أبِيْهِ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم . فَذَكَرَ نَحْوُهُ فِي الزَّوَائِدِ مَا يَقْضِي انَّهُ صَحِيْح . رواه ابن حبان في صحيحه . قال الشيخ الألباني : صحيح[2]


"Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abu Karimah Al Harrani berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Abu Abdurrahim berkata, telah menceritakan kepadaku Zaid bin Abu Unaisah dari Zaid bin Aslam dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ("Sebaik-baik perkara yang ditinggalkan oleh seorang laki-laki sepeninggalnya ada tiga; anak shalih yang mendoakannya, sedekah jariyah yang pahalanya sampai kepadanya serta ilmu yang diamalkan oleh orang sepeninggalnya.") Abul Hasan berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Hatim berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Yazid bin Sinan Ar Rahawi berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Sinan -yaitu bapaknya- berkata, telah menceritakan kepadaku Zaid bin Abu Unaisah dari Fulaih bin Sulaiman dari Zaid bin Aslam dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia menyebutkan sebagaimana hadits diatas tersebut.
B.     Biografi Perawi[3]
Imam Ibnu Majah nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabî'î bin Majah Al-Qazwinî Al-Hâfidz, lahir pada tahun 209/284 Masehi di daerah Qazwin. Sebutan Majah ini dinisbatkan kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maula Rab'at. Ada juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid. Walaupun demikian, tampaknya pendapat pertama yang lebih valid.Beliau adalah seorang Imam yang jujur dan cerdas.
Beliau mulai mengecap dan menginjakkan kakinya di dunia pendidikan sejak usia remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun pada seorang guru yang ternama pada kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasy (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat besar yang dimilikinyalah yang akhirnya membawa beliau berkelana kepenjuru negeri untuk menelusuri ilmu hadits.Sepanjang hayatnya beliau telah mendedikasikan pikiran dan jiwanya dengan menulis beberapa buku Islam, seperti buku fikih, tafsir, hadits, dan sejarah. Dalam bidang sejarah beliau menulis buku "At-Târîkh" yang mengulas sejarah atau biografi para muhaddits sejak awal hingga masanya, dalam bidang tafsir beliau menulis buku "Al-Qur'ân Al-Karîm” dan dalam bidang haditsbeliaumenulisbuku "SunanIbnuMajah". Disayangkansekalikarenabuku "At-Târîkh" dan "Al-Qur'ân Al-Karîm" itutidaksampaipadagenerasiselanjutnyakarenadirasakurang monumental.
Ø  Perjalanan Menuntut Ilmu
Sama halnya dengan para imam-imam terdahulu yang gigih menuntut ilmu, seorang imam terkenal Ibnu Majah juga melakukan perjalanan yang cukup panjang untuk mencari secercah cahaya ilmu Ilahi, karena ilmu yang dituntut langsung dari sumbernya memiliki nilai lebih tersendiri daripada belajar di luar daerah ilmu itu berasal. Oleh sebab itu beliau sudah melakukan rihlah ilmiyah-nya ke beberapa daerah; seperti kota-kota di Iraq, Hijaz, Syam, Pârs, Mesir, Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Damaskus, Ray (Teheran) dan Konstatinopel.
Dalam pengembaraannya beliau bertemu banyak guru yang dicarinya, dari merekalah nantinya ia menggali sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan dan menggali potensinya. Rihlah ini akhirnya menghasilkan buah yang sangat manis dan bermanfaat sekali bagi kelangsungan gizi umat Islam, karena perjalanannya ini telah membidani lahirnya buku yang sangat monumental sekali, yaitu kitab "Sunan Ibnu Majah".
Di samping itu banyak pula orang yang meriwayatkan hadis darinya, di antara mereka adalah Ibn Sibawaih, Muhammad ibn Isa al-Saffar, Ishaq ibn Muhammad dan sebagainya. Orang yang pertama memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam deretan Kutub al-Sittah adalah al-Hafizh Muhammad ibn Thahir al-Maqdisiy (w. 507) dalam karyanya Arif al-Kutub al-Sittah. Dalam sunan tersebut berisi 4241 Hadis. Sementara itu sistematika penulisan dalam kitab tersebut mengikuti sistematika penulisan kitab fikih, dengan demikian penelitian.
Ø  Para Guru dan Murid Imam Ibnu Majah 
Guru sangat berperan sekali dalam tingkat keintelektualan anak didiknya, maka tak heran kalau guru yang cakap dalam metodologi pengajarannya sering kita temui peserta didiknya juga lebih terarah dan terdidik. Makaeksistensi guru ini suatu barang mahal dalam dunia pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hadits di atas yakni
 خَيْرُ مَا يُخَلَّفُ الرَّجُلُ مِنْ بَعْدِهِ ثَلَاثُ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ وَصَدَقَةٌ تَجْرِي يَبْلُغُهُ أَجْرُهَا وَعِلْمٌ يُعْمَلُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ
kita dapat mengetahui bahwa hukum mengamalkan ilmu itu adalah sangat di anjurakan , karena ilmu itu yang akan mengantarkan kepada kita yakni kemulyaan dan surga. Dalam hadits di atas mengandung pengertian dan hokum sebagai berikut:
1.      Dianjurkan bagi kedua orang tua agar mendidik putra putrinya sehingga menjadi anak yang sholih & sholihah.
2.      Mendo’akan kedua orang tua merupakan salah satu bentuk birrul walidaini.
3.      Dianjurkan bagi orang-orang islam agar bershodaqoh terutama shodaqoh jariyah.
4.      Dianjurkan bagi orang-orang islam agar menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
5.      Dianjurkan bagi murid untuk bertawasul kepada guru-gurunya sebelum memulai belajar.
6.      Bagi murid hendaknya selalu mendo’akan guru-gurunya karena guru-guru termasuk orang tua bagi murid-murid.
B.     Saran dan kritik
 "Ilmu yang tak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah", bait syair ini sarat makna yang luas. Walaupun pohon itu indah dan tegar, namun kalau tidak bisa mendatangkan manfaat bagi yang lain maka tidak ada maknanya, dan orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain itu ketika meninggal ia akan meninggalkan sebaik-baik peninggalan yakni: anak yang sholeh, shodaqoh jariyah dan ilmu yang di amalkan. Maka bersungguh-sungguhlah dalam mencari ilmu!!




Dalam perjalanan konteks rihlah ilmiyah-nya ternyata banyak parasyeikhpakar yang ditemui sang imam dalambidanghadits; diantaranyaadalahkeduaanaksyeikhSyaibah (Abdullah danUsman), akantetapi sang imam lebihbanyakmeriwayatkanhaditsdari Abdullah bin AbiSyaibah. Dan juga Abu KhaitsamahZahîr bin Harb, Duhîm, Abu Mus'abAz-Zahry, Al-Hâfidz Ali bin Muhammad At-Tanâfasy, Jubârah bin Mughallis, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam danparapengikutperawidanahlihadits imam Malik dan Al-Lays.
Seperti dikatakan pepatah "Ilmu yang tak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah", bait syair ini sarat makna yang luas. Walaupun pohon itu indah dan tegar, namun kalau tidak bisa mendatangkan manfaat bagi yang lain maka tidak ada maknanya, seorang penuntut ilmu sejati biasanya sangat senang sekali untuk men'transfer' ilmunya kepada orang lain, karena dengan seringnya pengulangan maka semakin melekatlah dalam ingatan. Bak kata pepatah lagi "Ala bisa karena biasa". Oleh sebab itu, sang imam inipun giat dalam memberikan pelajaran bagi murid-murid yang patut untuk diacungi jempol.
      Diantara murid yang belajar padanya adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qatthân, Sulaiman bin Yazid, Abu Ja'far Muhammad bin Isa Al-Mathû'î dan Abu Bakar Hamid Al-Abhâry. Keempat murid ini adalah para perawi SunanIbnuMajah, tapi yang sampai pada kita sekarang adalah dari Abu Hasan bin Qatthân saja.
Ø  Persaksian para ulama terhadap beliau
1.      Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
2.      Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”
3.       Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”
4.       Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang
Ø  Hasil karya beliau
     Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai ke kita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:
·         Kitab as-Sunan yang masyhur
·          Tafsîr al Qurân al Karîm
·          Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.
Ø  Wafat Beliau
Suatu hari umat Islam di dunia ditimpa ujian, kesedihan menimpa kalbu mereka. Karena setelah memberikan kontribusi yang berarti bagi umat, akhirnya sang imam yang dicintai ini dipanggil oleh yang Maha Kuasa pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan 273 H /887 M. Almarhum dimakamkan hari Selasa di tanah kelahirannya Qazwîn, Iraq.
Ada pendapat yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 275 H, namun pendapat yang pertama lebih valid.Walaupun beliau sudah lama sampai ke finish perajalanan hidupnya, namun hingga kini beliau tetap dikenang dan disanjung oleh seluruh umat Islam dunia. Dan ini adalah bukti bahwa beliau memang seorang ilmuan sejati. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
C.    Takhrijul Hadits
Al-Imam ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dalam kitabnya Sunan Ibnu Majah no. 241, dari gurunya Ismail bin Abu Karimah Al-Harrani. Beliau meriwayatkan dari Muhammad bin Salamah, dari Abu Abdurrahim, dari Zaid bin Abu Unaisah, dari Zaid bin Aslam, dari Abdullah bin Abu Qatadah, Dari bapaknya,  dari Rasulullah SAW dengan lafadz di atas, dan ini adalah lafadz Ismail bin Abu Karimah Al-Harrani.
Melalui jalan Al-Hasan bin Sufyan, Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Shohih Ibnu Hibban no. 93 dengan sanad yang sama di shohihkan oleh Syui’aib الأرنؤوط.
Di shohihkan juga oleh Syaikh Al-Albaniy.
Dengan lafadz : ("Sebaik-baik perkara yang ditinggalkan oleh seorang laki-laki sepeninggalnya ada tiga; anak shalih yang mendoakannya, sedekah jariyah yang pahalanya sampai kepadanya serta ilmu yang diamalkan oleh orang sepeninggalnya."
D.    Hadits Secara Umum
Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah seluruh  amalannya kecuali tiga hal, yaitu : shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaalih yang mendoakannya.
E.     Fiqhul Hadits
1.      Dianjurkan bagi kedua orang tua agar mendidik putra putrinya sehingga menjadi anak yang sholih & sholihah.
2.      Mendo’akan kedua orang tua merupakan salah satu bentuk birrul walidaini.
3.      Dianjurkan bagi orang-orang islam agar bershodaqoh terutama shodaqoh jariyah.
4.      Dianjurkan bagi orang-orang islam agar menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
5.      Dianjurkan bagi murid untuk bertawasul kepada guru-gurunya sebelum memulai belajar.
6.      Bagi murid hendaknya selalu mendo’akan guru-gurunya karena guru-guru termasuk orang tua bagi murid-murid.







DAFTAR  PUSTAKA
Ahmad , Moch. Djamaluddin, KH. 2010, “Pendidikan” , PustakaMuhibbin, Tambakberas Jombang
Kitab Sunan Ibnu Majah
Kitab Shohih Ibnu Hibban
Kitab Syarah Ibnu Majah
Zaini. Mahmud, Drs:1995, Terjemah Mukhtarul Ahadits, Pustaka Amani, Jakarta.




[1]KH.Moch.Djamaluddin Ahmad “Pendidikan” ,PustakaMuhibbin, 2010, hal. 12
[2]Sunan ibnu majah
[3]http ///D:/kumpulan%20makalah/Makalah%20bebas/Ibnu%20Majah%204.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar