التربية الألوهية للأولاد
Oleh:
Nur Lailatus Shofa
Dosen Pengampu:
Farid Zaini Lc.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
proses perkembangannya, masa remaja senantiasa diwarnai oleh konflik-konflik
internal, cita-cita yang melambung, emosi yang tidak stabil serta mudah
tersinggung. Ini berangkat dari apa yang di ajarkan orang tua dan apa yang
dipahami oleh anak berbeda. Remaja lebih condong pada perkataan daripada hati
atau i’tiqad dalam qalbunya. Sehingga ketika berjalan di alam yang luas ini
seringkali tergoyahkan hatinya dan akhirnya berdampak pada penyimpangan mereka.
Oleh karena itu remaja membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang-orang
terdekat seperti orang tuanya. Peran dan tanggungjawab orang tua mendidik anak
remaja dalam keluarga sangat dominan sebab di tangan orang tuanyalah baik dan
buruknya akhlak remaja. Sehingga pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan hal
paling penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga
stabilitas hidup.
B.
Tujuan Masalah
Untuk diketahui
oleh orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan
terhadap para remaja yang bersumberkan ajaran agama Islam sangat penting
dilakukan agar para remaja dapat menghiasi hidupnya dengan amal-amal yang baik
sehingga para remaja dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma
agama, norma hukum dan norma kesusilaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN KELUARGA DALAM MEMBINA TAUHID ANAK
Sebagai
pendidik pertama dan utama, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
membina anak, baik terhadap nilai-nilai tauhid, nilai-nilai akhlak karimah, yang bersumberkan ajaran agama Islam harus
diberikan, ditanamkan dan dikembangkan oleh orang tua terhadap buah hatinya
dalam kehidupan sehari-hari.
A.
Arti keluarga
dalam islam
Dalam islam keluarga dikenal dengan istilah Usrah,
Nash, Ali, Nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak cucu)
perkawinan.[1]
Keluarga Muslim bermula dari perkawinan. Perkawinan merupakan pernyataan
asasi pembentukan keluarga. Tidak ada keluarga di dalam Islam sebelum akad
pernikahan.[2]
Islam memandang keluarga sebagai lingkungan
atau milleu pertama bagi individu di mana ia beriteraksi. Dari interaksi denangan
milleu pertama itu individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar daripada
kepribadiannya. Juga dari situ ia memperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan
dan emosinya dan dengan itu ia merubah banyak kemungkinan-kemungkinan,
kesanggupan-kesanggupan dan kesediaannya menjadi kenyataan yang hidup dan
tingkah laku yang tampak.[3]
Islam mewajibkan keluarga untuk mendidik dan
menumbuhkan segala aspek kepribadian anak-anak. Bidang-bidang pendidikan di
mana keluarga dapat memainkan peranan penting adalah enam bidang pendidikan,
yaitu:
1)
Pendidikan
jasmani
2)
Pendidikan akal
3)
Psikologikal
dan emosi
4)
Pendidikan
agama
5)
Pendidikan
akhlak
6)
Pendidikan
sosial[4]
B.
Pendidikan
Tauhid Dalam Keluarga
Kitab Al Quran telah mengikrarkan bahwa
tauhid adalah akidah universal (syamil). Maksudnya, akidah yang
yang mengarahkan seluruh aspek kehidupan dan tidak mengotak-ngotakkannya.
Seluruh aspek dalam hidup manusia hanya dipandu oleh hanya satu kekuatan, yaitu
tauhid. Konsekuensinya ialah penyerahan (Islamisasi) manusia secara total –
mulai dari kalbu, wajah, akal pikiran, qaul (ucapan), hingga amal –
kepada Allah semata-mata.
1.
Ruang Lingkup
Pembahasan Tauhid.
Ruang lingkup
pembahasan tauhid ada empat yakni:
1)
Ilahiyat. Yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan) seperti
wujud, nama-nama,sifat, dan af’al Allah.
2)
Nubuwat. Yakni
pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul,
juga termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, dan lain
sebagainya.
3)
Ruhaniyat. Yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti Malaikat, Jin, Iblis, dan Syaitan,
4)
Sam’iyyat. Yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i
(dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, surga dan neraka.
Keyakinan seorang muslim akan eksistensi Tuhan
Yang Maha Esa (Allah) melahirkan keyakinan bahwa sesuatu yang ada di alam ini
ciptaan Tuhan;semuanya akan kembali kepada-Nya, dan segala sesuatu berada dalam
urusan Yang Maha Esa itu. Dengan demikian segala perbuatan, sikap, tingkah
laku, atau perkataan seseorang selalu berpokok dalam modus ini.
2.
Peran keluarga
dalam membina tauhid anak
Lingkungan rumah dan pendidikan orang tua yang
diberikan kepada anaknya dapat membentuk atau merusak masa depan anak.Oleh
sebab itu masa depan anak sangat tergantung kepada pendidikan , pengajaran, dan
lingkungan yang diciptakan oleh orang tuanya.. Apabila orang tua mampu
menciptakan rumah menjadi lingkungan yang Islami, maka anak akan memiliki
kecenderungan kepada agama.[5]
DR. M. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa
kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai satu bangunan, demi terpelihara
dari hantaman badai, topan dan goncangan yang dapat meruntuhkannya, memerlukan fondasi
yang kuat dan bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket.
Fondasi kehidupan keluarga adalah ajaran agama, disertai dengan kesiapan fisik
dan mental calon-calon ayah dan ibu. Beliau menambahkan bahwa keluarga
merupakan sekolah tempat putra-putri bangsa belajar.[6]
Pendidikan anak yang paling berpengaruh
dibandingkan dengan yang lain adalah keluarga sebagai pusatnya, karena seorang
anak masuk Islam sejak awal kehidupannya, dan dalam keluargalah ditanamkan
benih-benih pendidikan.Juga waktu yang dihabiskan seorang anak di rumah lebih
banyak dibandingkan tempat lain, dan kedua orang tua merupakan figur yang
paling berpengaruh terhadap anak, demikianlah pendapat Muhammad Quthub yang
dikutip oleh Khatib Ahmad Santhut.[7]
3.
Dasar Dan
Tujuan Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga
H. Abu Tauhid dalam bukunya Beberapa Aspek
Pendidikan Islam mengungkapkan bahwa arti menjaga diri serta keluarga
dari siksa api neraka atau disebut (الوقاية) di
dalam ayat ini dengan mengutip pendapat Sayid Sabiq, sebagaimana dalam surat
al-Tahrim: 6, Surat Luqman ayat 13, Surat Al Baqarah ayat 132-133.[8]
Menjaga diri dan keluarga dari api neraka
adalah dengan pengajaran dan pendidikan, serta mengembangkan kepribadian mereka
kepada akhlak yang utama, serta menunjukkan kepada hal-hal yang bermanfaat dan
membahagiakan diri serta keluarga.
Setiap orang tua ingin menyelamatkan dirinya
serta keluarganya dari siksa api neraka, serta ingin mendidik putra putrinya
karena hal itu sudah menjadi kodrat sebagai orang tua. Namun bagi para orang
tua yang beriman, mendidik anak bukan hanya mengikuti dorongan kodrat naluriah,
akan tetapi lebih dari itu yakni dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT
yang harus dilaksanakan.[9]
Oleh sebab itu orang tua harus memberikan pendidikan terutama penanaman
ketauhidan kepada putra putrinya.
Tauhid, berarti mengakui bahwa seluruh alam
semesta beserta isinya berada dalam kekuasaan Allah SWT, hanya ada satu tuhan
karena jika ada tuhan yang lain selain Allah maka niscaya alam semesta akan
hancur lebur sebagaimana dalam surat al-Anbiya’: 22
Melahirkan keturunan yang berkualitas serta
shalih dan shalihah merupakan tujuan hidup dalm berkeluarga bagi seorang
muslim.Agar tujuan tersebut tercapai anak harus didik secara baik dan benar,
karena anak yang sehat fisiknya dan psikisnya merupakan dambaan dan kebanggaan
bagi setiap orang tua atau keluarga. Anak juga merupakan rahmat Allah yang
bernilai tinggi serta memiliki manfaat yang sangat besar di dunia dan akhirat.
Anak juga sebagai amanat Allah yang harus disyukuri dan Allah akan
meminta pertanggungjawaban kelak di hari kiamat kepada para orang tuanya.
Anak merupakan salah satu bagian dalam
keluarga. Anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama ia masih
hidup. [10]
Prof.Dr. H.M. Mahmud Yunus menyatakan bahwa
tujuan pendidikan dalam bidang keimanan ialah :
- Agar memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, Rasul-rasul, Malaikat, hari akhir, dan lain sebagainya.
- Agar memiliki keimanan berdasarkan kepada kesadaran dan ilmu pengetahuan, bukan sebagai “pengikut buta” atau taklid semata-mata.
- Agar keimanan itu tidak mudah rusak apalagi diragukan oleh orang-orang yang beriman.[11]
Seharusnya agama masuk ke dalam pribadi anak
sejak dini, yakni sejak anak dilahirkan. Ia mengenal Tuhan melalui orang
tuanya. Perkembangan agama anak sangat dipengaruhi oleh kata-kata, sikap,
tindakan, dan perbuatan orang tuanya. Apa saja yang dikatakan orang tua akan
diterima anak, meskipun belum mempunyai kemampuan memikirkan kata-kata dan
informasi yang ia terima. Orang tua bagi anak adalah benar, berkuasa, pandai,
dan menentukan. Oleh sebab itu hubungan antara orang tua dan anak mempunyai
pengaruh signifikan bagi perkembangan agama anak.[12]
Maka pengertian pendidikan tauhid dalam
keluarga adalah usaha-usaha pendidikan tauhid yang dilakukan oleh para orang
tua terhadap anak-anaknya dengan menyampaikan materi-materi ketauhidan dengan
metode kalimat tauhid, keteladanan, pembiasaan, nasehat, dan pengawasan. Metode
ini disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan juga kemampuan anak. Sehingga
diharapkan anak menjadi seorang muslim sejati dengan ketauhidan yang utuh,
sebagai jalan untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa.
4.
Metode yang digunakan dalam membina tauhid anak
Al Ghazali mengatakan bahwa mendidik keimanan
anak harus dengan cara yang halus dan lemah lembut, bukan dengan paksaan atau
dengan berdebat, sehingga dengan metode yang lemah lembut materi pendidikan
dapat dengan mudah diterima oleh anak.[13] Senada
dengan hal ini ada firman Allah yang dalam surat al-Maidah: 35. Sehingga dalam
proses pelaksanaannya, pendidikan Islam memerlukan metode yang tepat untuk
menyampaikan materi-materi kepada anak, sehingga tujuan pendidikan yang
diinginkan dapat dicapai.[14]
Ada beberapa metode yang besar pengaruhnya
untuk menanamkan keimanan kepada anak yakni :
- Teladan yang baik;
- Kebiasaan yang baik;
- Disiplin, hal ini sebenarnya sebagaian dari pembiasaan;
- Memotivasi;
- Memberikan hadiah terutama yang dapat menyentuh aspek psikologis;
- Memberikan hukuman dalam rangka kedisiplinan;
- Suasana kondusif dalam mendidik.[15]
Menurut Abdullah Nashih Ulwan metode yang
paling efektif dalam mendidik anak adalah :
- Pendidikan dengan keteladanan.
- Pendidikan dengan adat dan kebiasaan.
- Pendidikan dengan nasehat.
- Pendidikan dengan perhatian.
- Pendidikan dengan memberikan hukuman.
Pendidikan Islam memberikan ketentuan bahwa
rentang usia peserta didik ialah sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Manusia
sejak lahir memerlukan pendidikan , selanjutnya pendidikan tersebut tetap
diperlukan sepanjang hidunya sebagai sebuah proses.[16]
Dalam konsep pendidikan tauhid dalam keluarga
menggunakan 5 metode yaitu :
1.
Kalimat tauhid.
2.
Keteladanan.
Dalam surat Al-Mumtahanah: 4,6 dan surat Al-Ahzab: 21, surat Al-Baqarah: 44.
Ibrahim dan Nabi Muhammad dijadikan sebagai profil keteladanan.[17] Kebiasaan seseorang, jika dilihat dari ilmu
psikologi ternyata berkaitan erat dengan orang yang ia jadikan figur dan
panutan.[18] a)Latihan kalimat tauhid, b)Latihan beribadah,
c)Latihan berdoa di setiap aktivitas.
3.
Nasehat.
4.
Pengawasan.
5.
Fungsi
Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga
Fungsi
merupakan bentuk operasional dari sebuah tujuan, sehingga kita dapat melihat
fungsi pendidikan tauhid dalam keluarga dengan menganalisis tujuan dari
pendidikan tauhid dalam keluarga. Yusron Asmuni menyebutkan bahwa pendidikan
tauhid dalam keluarga adalah berfungsi untuk :
- Memberikan ketentraman dalam hati anak.
- Menyelamatkan anak dari dari kesesatan dan kemusyrikan.
- Membentuk perilaku dan kepribadian anak, sehingga menjadi falsafah dalam kehidupannya.
Dari penjelasan
yang diuraikan oleh Abdurrahman An-Nahlawi, dapat dilihat bahwa
pendidikan tauhid dalam keluarga memiliki beberapa fungsi agar :
- Anak dapat beribadah kepada Allah secara ikhlas.
- Anak dapat mengetahui makna dan maksud beribadah kepada Allah.
- Anak dapat menjauhi hal-hal yang dilarang Allah seperti syirik dan semua hal yang dapat menghancurkan ketauhidan.[19]
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak
menerima pendidikan tauhid. Dengan menanamkan kepada anak bahwa dirinya selalu
berada dalam perlindungan dan kekuasaan Allah yang Maha Esa. Sehingga dengan
proses yang panjang anak akan selalu mengingat Allah SWT. Allah berfirman dalam
surat ar-ra’d: 28
Dengan mengajarkan ketauhidan yang bersumber
dari Al Quran dan Al Hadits, maka ketauhidan yang terbentuk dalam jiwa anak
disertai dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan kepada argumen-argumen dan
bukti-bukti yang benar, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Keyakinan yang disertai ilmu pengetahuan akan
membuat keyakinan itu semakin kokoh, sehingga akan terpancar melalui amal
perbuatan sehari-hari. Maka benar jika keimanan itu tidak hanya diucapkan,
kemudian diyakini namun juga harus tercermin dalam perilaku seorang muslim.
Ketauhidan yang telah terbentuk menjadi pandangan hidup seorang anak akan
melahirkan perilaku yang positif baik ketika sendirian maupun ada orang
lain, karena ada atau tidak ada yang melihat, anak yang memiliki ketuhidan yang
benar akan merasakan bahwa dirinya selalu berada dalam penglihatan dan
pengawasan Allah, sehingga amal dan perilaku positif yang dilakukan benar-benar
karena mencari ridho Allah SWT.
6.
Materi
pendidikan tauhid dalam keluarga ada empat yakni :
- Ilahiyat..
- Nubuwat.
- Ruhaniyat.
- Sam’iyyat.
BAB III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Urgensi pendidikan tauhid dalam keluarga, dapat diukur
dengan melihat dasar, tujuan, dan fungsinya.
Dasar pendidikan tauhid dalam keluarga adalah Al quran dan Al Hadits, di
antaranya : Dari Al Quran :1) Surat At Tahrim ayat 6.2) Surat Luqman ayat 13.3)
Surat Al Baqarah ayat 132-133.
Sedangkan tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga adalah :
- Agar menanamkan kesadaran kepada anak untuk bersyahadat berdasarkan dorongan dalam dirinya sendiri.
- Pembentukan sikap muslim yang beriman dan bertakwa.
- Agar anak mengetahui makna dan tujuan beribadah kepada Allah.
- Mengarahkan perkembangan keagamaan anak.
- Agar anak selalu berpikirdan berperilaku positif
Fungsi Pendidikan tauhid dalam keluarga di antaranya adalah
:
- Untuk memberikan ketentraman dalam hati anak.
- Untuk menyelamatkan anak dari dari kesesatan dan kemusyrikan.
- Agar anak dapat beribadah kepada Allah secara ikhlas.
- Agar anak dapat mengetahui makna dan maksud beribadah kepada Allah.
- Agar anak dapat menjauhi hal-hal yang dilarang Allah seperti syirik dan semua hal yang dapat menghancurkan ketauhidan.
- Membentuk perilaku dan kepribadian anak, sehingga menjadikan tauhid sebagai falsafah dalam kehidupannya.
Konsep pendidikan tauhid dalam
keluarga yang dimaksud dalam makalah ini
adalah kerangka konseptual yang berisi ide, gambaran, pengertian, serta
pemikiran tentang materi dan metode pendidikan tauhid dalam keluarga yang dapat
diterapkan oleh para orang tua untuk menumbuhkan kodrat anak. Agar mereka
menjadi manusia muslim yang benar-benar meyakini keesaan Allah SWT, serta dapat
mengamalkan ketauhidan yang ia miliki dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
Materi pendidikan tauhid dalam
keluarga ada empat yakni :
1. Ilahiyat..
2. Nubuwat.
3. Ruhaniyat.
4. Sam’iyyat.
Metode Pendidikan tauhid dalam
keluarga adalah :
- Kalimat tauhid
- Keteladanan
- Pembiasaan
- Latihan kalimat tauhid
- Latihan beribadah.
- Latihan berdoa di setiap aktivitas.
4. Nasehat.
5. Pengawasan.
Metode yang digunakan selain
berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan materi pendidikan tauhid juga
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Metode kalimat tauhid sebagai
contoh, digunakan untuk menanamkan ketauhidan anak serta untuk mengawali
getaran-getaran perdana pada auditif anak yang telah berfungsi sesaat setelah
dilahirkan. Kemudian metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasehat dan
terakhir metode pengawasan. Secara garis besar metode tersebut terbagi
dua yakni metode teoritis dan praktis.
Pendidikan tauhid dalam keluarga
menempati posisi terpenting dalam pendidikan keluarga sebagai landasan dan
tujuan dari pendidikan lain yang terintegral di dalamnya. Seperti pendidikan
akhlak dan pendidikan ibadah. Pendidikan tauhid sebagai ruh dari
pendidikan-pendidikan lain, namun pendidikan tauhid memerlukan bantuan
materi-materi pendidikan lain untuk mengantarkan ruh dan tujuan tauhid.
Sehingga anak akan melakukan seluruh aktivitas kehidupannya dengan landasan
ketauhidan yang mantap.
B.
Saran-saran
Konsep pendidikan tauhid dalam
keluarga dalam perspektif pendidikan Islam ternyata membutuhkan sosok orang tua
ideal. Orang tua merupakan top figur dalam keluarganya, yang berperan
sebagai orang tua sekaligus pendidik anak-anaknya. Oleh sebab itu ada beberapa
hal yang harus ada dalam diri orang tua sebagai pelaksana utama konsep
pendidikan tauhid dalam keluarganya :
- Mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
- Memiliki pengetahuan Islam secara integral yang meliputi materi ketauhidan, akhlak dan ibadah.
- Memiliki wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Memiliki wawasan tentang metode-metode pendidikan/pengajaran.
- Kepada rekan-rekan mahasiswa masih banyak peluang untuk meneliti kembali masalah pendidikan tauhid dalam keluarga, karena yang dibahas dalam skripsi ini masih pada materi dan metode. Masih banyak masalah-masalah lain yang belum dan perlu dibahas, seperti strateginya, dan lain sebagainya.
KEPUSTAKAAN
Abdul Hamid, Muhyiddin,
Kegelisahan Rasulullah Mendengar Tangis Anak, (Yogyakarta: Mitra ustaka,
1999)
Ahmad Olgar, Maulana Musa, Mendidik Anak
Secara Islami, Terjemahan Supriyanto Abdullah Hidayat, (Ash-Shaff,
Yogyakarta, 2000)
Ahmad Santhut, Khatib, Menumbuhkan Sikap
Sosial, Moral, dan Spiritual Anak Dalam Keluarga Muslim, Terjemahan
Ibnu Murdah, (Mitra Pustaka,Yogyakarta, 1998)
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Bulan Bintang, Jakarta,
1970)
Ihsan, Hamdani, dan Ihsan, A. Fuad, Filsafat
Pendidikan Islam, (Pustaka Setia, Bandung, 1998)
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001)
Arif, Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, Jakarta, 2002)
Langgulung, Hasan,
Manusia dan Pendidikan suatu Analisa
Sosio-sikologis, (Jakarta: Pustaka Al Husna , 1985)
Muhaimin dan Mujib, Abdul, Pemikiran
Pendidikan Islam Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Trigenda
Karya, Bandung, 1993)
Shihab, M.Quraish, Membumikan Alquran,
Mizan, Bandung, 2002
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, (PT. Remaja RosdaKarya, Bandung, 1997)
Tauhied, H.Abu Ms., Beberapa Aspek
Pendidikan Islam, (Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 1990)
Ulwan, Abdullah
Nashih, Mengembangkan Kepribadian Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996)
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, (PT. Hidakarya Agung, Jakarta)
[2]
Muhyiddin Abdul Hamid, Kegelisahan Rasulullah Mendengar Tangis Anak, (Yogyakarta:
Mitra ustaka, 1999), hal. 38
[3]
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Sosio-sikologis, (Jakarta:
Pustaka Al Husna , 1985), hal. 346
[4]
Abdullah Nashih Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), hal. 109
[5] Maulana Musa Ahmad Olgar, Mendidik
Anak Secara Islami, Terjemahan Supriyanto Abdullah Hidayat,
Ash-Shaff, Yogyakarta, 2000, h. 56.
[7] Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap
Sosial, Moral, dan Spiritual Anak Dalam Keluarga Muslim, Terjemahan
Ibnu Murdah, Mitra Pustaka,Yogyakarta, 1998,h. 16
[8] H.Abu Tauhied,
Ms., Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Kalijaga,Yogyakarta, 1990, h. 236
[9] H.Abu Tauhied, Ms., Beberapa Aspek
Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 1990,
h.2
[13] Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 1998, h. 240.
[14] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran
Pendidikan Islam Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya,
Trigenda Karya, Bandung, 1993, h. 229-230.
[17] Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, h. 117-118
[18] Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, h. 114
[19] M. Saleh dalam
Silahuddin, Pendidikan Keimanan Pada Usia Anak : Tinjauan Psikologis,
Skripsi Sarjana Pendidikan Islam Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, h.
27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar