BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai khalifah
di muka bumi, memiliki suatu tanggung jawab yang besar. Karena itu dalam bentuk penciptaanya juga berbeda dengan
makhluk lain, hal ini terbukti dengan adanya akal yang diberikan Allah Swt
kepada manusia. Akal sebagai daya berfikir yang ada pada diri manusia, berusaha
keras untuk sampai kepada diri Tuhan melalui suatu jalan yang benar dalam
pandangan akal manusia tersebut. Dalam mencari kebenaran, Allah Swt tidak hanya
memberikan kemampuan berpikir saja melainkan juga memberikan wahyu sebagai
pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan
keterangan-keterangan tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap
Allah Swt.
Para
ilmuan membahas masalah-masalah keagamaan tidak semata-mata berpegang pada
wahyu Allah tetapi banyak pula yang bergantung pada pendapat akal. Peran akal
yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan saja dalam
salah satu bidang keilmuan tetapi juga dalam bidang filsafat, fikih, tauhid,
dan bidang-bidang kajian keagamaan lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam
perkembangannya filsafat islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas
dalam berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan
Tuhan dan alam semesta. Dan berkembang pula berbagai macam sistem berpikir yang
bercorak filsafat. Macam-macam sistem berfikir yang menghasilkan bermacam-macam
pula pandangan filsafat dalam masalah hidup dan kehidupan manusia itu, sedikit
banyaknya tentu berpengaruh dalam pendidikan,
atau setidak-tidaknya memberikan
corak tertentu terhadap pelaksanaan pendidikan .
Diantara pandangan filosofis yang masuk kedalam
dunia Islam tentang hakikat manusia, yang juga diterima serta dikembangkan
dikalangan umat islam adalah pandngan jabariyah dan qodariyah.
Pandangan jabariyah, berpendapat bahwa pada
hakikatnya manusia itu bersifat ijbar, segala perbuatannya terpaksa dikerjakan.
Manusia hanya sekedar pelaksana dari kehendak dan perbuatan Tuhan.
Berbeda
dengan pandangan jabariyah, pandangan qodariyah berpendapat bahwa
manusia menguasai perbuatan-perbuatannya.
Masuknya
kedua aliran paham tersebut kedunia islam ternyata menjadi salah satu faktor
penyebab timbulnya perpecahan dikalangan umat islam.
B. Pemikiran-Pemikiran Baru dalam Pendidikan Islam.
Dalam sub ini digambarkan
bahwa perkembangan pemikiran Islam dalam tataran filosofis terbagi dua yakni
pandangan filosofis yang sufistis dan pandangan filososfis yang rasional. Kedua
pandangan ini berebut pengaruh, sehingga pandangan filosofis sufistis mendapat
apresisasi pada umat Islam dibagian Timur. Sementara umat Islam di bagian Barat
lebih condong kepada pandangan fislosofis yang Rasionalis. Dibagian Timur
nampaknya terpengaruh oleh pemikiran yang dikembangkan oleh Imam Al-Gazali.
Sementara dibagian Barat lebih mengikuti pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd.
Implikasi dari dua apresiasi
yang berbeda dikalangan Umat Islam melahirkan kesenjangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Barat dalam hal ini ternyata lebih maju sehingga terjadilah
penjajahan oleh dunia Barat terhadap dunia Timur. Ini berarti bahwa filosofis
rasionalis yang pernah dikembangkan oleh umat Islam mengalahkan pandangan filososfis
sufistis yang juga dikembangkan oleh umat Islam. Terjadilah kehidupan yang tidak
seimbang di kalangan umat islam. [2]
Selanjutnya diungkapkan oleh
M.M. Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah
sampai abad ke-18.
Di antara sebab yang
melemahkan pikiran di alam islami tersebut antara lain dilukiskan oleh M.M.
Sharif sebagai berikut:[3]
a. Telah berkelebihan filsafat
Islam yang dimasukkan oleh Gazali dalam Alam Islami di Timurdan berkelebihan pulaIbnu Rusyd dalam memasukkan filsafat
Islamnya di Barat. Gazali dengan filsafat islamnyamenuju ke arah bidang
ruhaniyah hingga menghilang ia ke dalam mega alam tasawwuf. Ibnu Rusyd dengan
filsafat Islamnya menuju ke arah yangbertentangn dengan Gazali. Maka Ibnu Rusyd
dengan filsafatnya menuju ke jurangmaterialisme. Gazali mendapat sukses di Tmur
hingga pendapat-pendapatnya merupakan
satu aliran yang terpenting. Ibnu Rusyd mendapat sukses di Barat hingga pikiran-pikirannya menjadi
pemimpin yang penting bagi alam pikiran Barat.
b. Umat Islam , terutama para
pemerintahnya (kholifah, sultan, amir-amir)melalaikan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembangnya. Kalau pada
mulanya para pemegang pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan, dengan memeberikan penghargaanyang tinggi kepada para ahli ilmu
pengetahuan, maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat Islam ini,
para ahli Ilmu Pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan keperintahan,
sehingga melupakan usaha penegembangan ilmu pengetahuan.
c. Terjadi
pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar sehingga
menimbulkan kehansuran-kehancuran yang akibatnya berhentinya kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan di dunia
Islam.
Namun demikian dijelaskan juga
bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam bergeliat bangkit dari ketertinggalan
ditandai dengan munculnya pemikiran pembaharu dalam dunia Islam seperti
Muhammad Ali Pasya dimesir dan gerakan Turki Muda di Turki dll. [4]
c.
Problematika Pengembangan Pemikiran Pendidikan islam.[5]
Timbulnya aliran-aliran dalam ilmu kalam, bermula dari
perbedaan pandangan filosofis tentang hakikat kalam Allah. Pendukung Ahlus-Sunnah, berpendapat bahwa Kalam Allah,
yaitu Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad SAWadalah merupakan kalam
azali. Sebaliknya Ahli Kalam, yang berpendapat bahwa kalam Allah yang azali itu
hanya ada pada dzat Allah, berarti bahwa Al-Qur’anyang diturunkan kepada
Muhammad adalah makhluk, sebagaimana makhluk-makhluk yang lainnya.
Problema filosofis dalam ilmu kalam lainnya yang terdapat
perbedaan pandangan, adalah tentang hakikat iman. Pandangan yang berbeda
tentang hakikat iman tersebut berkisar antara dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Kaum murji’ah, berpandangan bahwa
iman itu dalam hati, sedangan kaum
Khowarij, berpandangan bahwa iman itu dalam hati dan dalam atau
pengakuan secara lisan , Asy’ariyah berpendapatbahwa iman itu dalam hati dan
dinyatakan dengan lisan serta di sempurnakan dngan perbuatan. Adapun kaum
mu’tazilah menyatakan bahwa iman itu
harus dibuktikan dalam perbuatan. Perbedaan pandangan tersebut akan nampak
jelas dalam aktifitas pengalman syari’at.
Golongan pertama menganggap masih tetap beriman seseorang
walaupun tidak melaksanakan syariat dan
bahkan walaupun mengerjakan dosa besar sekalipun. Menurut pandangan kedua,
keimanan dalam hati cukup dinyatakan dalam pernyataan atau ucapan. Seseorang
yang mengucapkan syahadat sudah dianggap beriman, walaupun tanpa mengerjakan
ajaran-ajaran agama. Menarik juga pandangan golongan yang ketiga ( asy’ariyah),
yaitu iman harus diucapkan dan disempurnakan dengan perbuatan. Dengan
mengucapkan syahadat seseorang sudah dianggap beriman, hanya belum sempurna,
dan ia masih tetap dalam keimananya, walaupun ia berbuat dosa besar.
Bagaimana dampak kependidikan yang dihasilkan oleh ketiga
paham atau pandangan tentang hakikat iman tersebut ? Golongan pertama bisa saja
menyembunyikan keimananya. Golongan
kedua harus menampakkan keimananya, walaupun hanya sekedar dengan ucapan.
Sedangkan Golongan ketiga rupanya menghendaki agar adanya keselarasan antara
hati dan ucapan , tetapi dengan perbuatannya bisa secara berangsur-angsur
diadakan penyelarasan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dalam perkembangannya filsafat
islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbagai bidang
hidup dan kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta.
Diantara pandangan filosofis yang masuk kedalam dunia Islam tentang hakikat
manusia, yang juga diterima serta dikembangkan dikalangan umat islam adalah
pandngan jabariyah dan qodariyah. Masuknya kedua aliran paham tersebut kedunia islam ternyata
menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya perpecahan dikalangan umat islam.
Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, bahwa pikiran
Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah sampai abad ke-18. Namun demikian
dijelaskan juga bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam bergeliat bangkit dari
ketertinggalan ditandai dengan munculnya pemikiran pembaharu dalam dunia Islam
seperti Muhammad Ali Pasya dimesir dan gerakan Turki Muda di Turki dll.
Perkembangan pemikiran Islam dalam tataran filosofis
terbagi dua yakni pandangan filosofis yang sufistis dan pandangan filososfis
yang rasional.
Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif,
bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah sampai abad
ke-18. Namun demikian dijelaskan juga bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam
bergeliat bangkit dari ketertinggalan.
Timbulnya
aliran-aliran dalam ilmu kalam, bermula dari perbedaan pandangan filosofis
tentang hakikat kalam Allah. Pendukung
Ahlus-Sunnah, berpendapat bahwa Kalam Allah adalah merupakan kalam
azali. Sebaliknya Ahli Kalam, berpendapat bahwa Kalam Allah adalah mahluk.
Problema filosofis dalam ilmu kalam lainnya yang terdapat
perbedaan pandangan, adalah tentang hakikat iman yang berkisar antara
dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
Kaum murji’ah, berpandangan bahwa iman itu dalam hati, sedangan kaum Khowarij,
berpandangan bahwa iman itu dalam hati dan
dalam atau pengakuan
secara lisan , Asy’ariyah berpendapatbahwa iman itu dalam hati dan
dinyatakan dengan lisan serta di sempurnakan dngan perbuatan. Adapun kaum
mu’tazilah menyatakan bahwa iman itu
harus dibuktikan dalam perbuatan. Perbedaan pandangan tersebut akan nampak
jelas dalam aktifitas pengalman syari’at.
B. Kritik dan Saran.
Dengan kedatangan
makalah ini, kami sampaikan dengan kemampuan usaha kami. Bila ini memang benar
hanya dari Allah SWT yang memiliki Maha Kebenaran, apabila terdapat kesalahan
itu karena kami tidak jauh dari kekhilafan dan tidak enggan para pembaca
khususnya dosen Pengampu untuk memberikan kritik dan saran guna
perbaikan-perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini banyak manfaat bagi
mahasiswa STIBAFA khususnya dan para pembaca budiman pada umumnya. Amin....
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, dkk Dra, Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi
Aksara, Jakarta, 2008.
http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/
[1]
Dra. Zuhairini
dkk: Filsafat pendidikan islam, Bumi aksara, Jakarta, Cet ke-04.
Hal:137-138
[2]
http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/
[3]
Dra. Zuhairini
dkk: filsafat pendidikan islam, bumi aksara, jakarta, Cet ke-04. Hal:1143-144.
[4] http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/
[5]
. Zuhairini
dkk: filsafat pendidikan islam, bumi aksara, jakarta, Cet ke-04. Hal:138-140.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar