Senin, 25 Agustus 2014

Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai khalifah di muka bumi, memiliki suatu tanggung jawab yang besar. Karena itu dalam bentuk penciptaanya juga berbeda dengan makhluk lain, hal ini terbukti dengan adanya akal yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Akal sebagai daya berfikir yang ada pada diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada diri Tuhan melalui suatu jalan yang benar dalam pandangan akal manusia tersebut. Dalam mencari kebenaran, Allah Swt tidak hanya memberikan kemampuan berpikir saja melainkan juga memberikan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah Swt.
Para ilmuan membahas masalah-masalah keagamaan tidak semata-mata berpegang pada wahyu Allah tetapi banyak pula yang bergantung pada pendapat akal. Peran akal yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan saja dalam salah satu bidang keilmuan tetapi juga dalam bidang filsafat, fikih, tauhid, dan bidang-bidang kajian keagamaan lainnya.


BAB II

PEMBAHASAN


A.     Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam.[1]
Dalam perkembangannya filsafat islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Dan berkembang pula berbagai macam sistem berpikir yang bercorak filsafat. Macam-macam sistem berfikir yang menghasilkan bermacam-macam pula pandangan filsafat dalam masalah hidup dan kehidupan manusia itu, sedikit banyaknya tentu berpengaruh dalam pendidikan,
atau setidak-tidaknya memberikan corak tertentu terhadap pelaksanaan pendidikan .
Diantara pandangan filosofis yang masuk kedalam dunia Islam tentang hakikat manusia, yang juga diterima serta dikembangkan dikalangan umat islam adalah pandngan jabariyah dan qodariyah.
Pandangan jabariyah, berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia itu bersifat ijbar, segala perbuatannya terpaksa dikerjakan. Manusia hanya sekedar pelaksana dari kehendak dan perbuatan  Tuhan.
Berbeda dengan pandangan jabariyah, pandangan qodariyah berpendapat bahwa manusia menguasai perbuatan-perbuatannya.
   Masuknya kedua aliran paham tersebut kedunia islam ternyata menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya perpecahan dikalangan umat islam.
B.     Pemikiran-Pemikiran Baru dalam Pendidikan Islam.
Dalam sub ini digambarkan bahwa perkembangan pemikiran Islam dalam tataran filosofis terbagi dua yakni pandangan filosofis yang sufistis dan pandangan filososfis yang rasional. Kedua pandangan ini berebut pengaruh, sehingga pandangan filosofis sufistis mendapat apresisasi pada umat Islam dibagian Timur. Sementara umat Islam di bagian Barat lebih condong kepada pandangan fislosofis yang Rasionalis. Dibagian Timur nampaknya terpengaruh oleh pemikiran yang dikembangkan oleh Imam Al-Gazali. Sementara dibagian Barat lebih mengikuti pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd.
Implikasi dari dua apresiasi yang berbeda dikalangan Umat Islam melahirkan kesenjangan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat dalam hal ini ternyata lebih maju sehingga terjadilah penjajahan oleh dunia Barat terhadap dunia Timur. Ini berarti bahwa filosofis rasionalis yang pernah dikembangkan oleh umat Islam mengalahkan pandangan filososfis sufistis yang juga dikembangkan oleh umat Islam. Terjadilah kehidupan yang tidak seimbang di kalangan umat islam. [2]
Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah sampai abad ke-18.
Di antara sebab yang melemahkan pikiran di alam islami tersebut antara lain dilukiskan oleh M.M. Sharif sebagai berikut:[3]
a.       Telah berkelebihan filsafat Islam yang dimasukkan oleh Gazali dalam Alam Islami di Timurdan berkelebihan  pulaIbnu Rusyd dalam memasukkan filsafat Islamnya di Barat. Gazali dengan filsafat islamnyamenuju ke arah bidang ruhaniyah hingga menghilang ia ke dalam mega alam tasawwuf. Ibnu Rusyd dengan filsafat Islamnya menuju ke arah yangbertentangn dengan Gazali. Maka Ibnu Rusyd dengan filsafatnya menuju ke jurangmaterialisme. Gazali mendapat sukses di Tmur hingga pendapat-pendapatnya merupakan  satu aliran yang terpenting. Ibnu Rusyd mendapat sukses di  Barat hingga pikiran-pikirannya menjadi pemimpin yang penting bagi alam pikiran Barat.
b.      Umat Islam , terutama para pemerintahnya (kholifah, sultan, amir-amir)melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembangnya. Kalau pada mulanya para pemegang pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memeberikan penghargaanyang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat Islam ini, para ahli Ilmu Pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan keperintahan, sehingga melupakan usaha penegembangan ilmu pengetahuan.
c.       Terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar sehingga menimbulkan kehansuran-kehancuran yang akibatnya berhentinya kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan  di dunia Islam.
Namun demikian dijelaskan juga bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam bergeliat bangkit dari ketertinggalan ditandai dengan munculnya pemikiran pembaharu dalam dunia Islam seperti Muhammad Ali Pasya dimesir dan gerakan Turki Muda di Turki dll. [4]
c. Problematika Pengembangan Pemikiran Pendidikan islam.[5]
Timbulnya aliran-aliran dalam ilmu kalam, bermula dari perbedaan pandangan filosofis tentang hakikat kalam Allah. Pendukung  Ahlus-Sunnah, berpendapat bahwa Kalam Allah, yaitu Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad SAWadalah merupakan kalam azali. Sebaliknya Ahli Kalam, yang berpendapat bahwa kalam Allah yang azali itu hanya ada pada dzat Allah, berarti bahwa Al-Qur’anyang diturunkan kepada Muhammad adalah makhluk, sebagaimana makhluk-makhluk yang lainnya.
Problema filosofis dalam ilmu kalam lainnya yang terdapat perbedaan pandangan, adalah tentang hakikat iman. Pandangan yang berbeda tentang hakikat  iman  tersebut berkisar antara dalam  hati, ikrar dengan  lisan, dan dibuktikan dengan  perbuatan. Kaum murji’ah, berpandangan bahwa iman itu dalam  hati, sedangan kaum Khowarij, berpandangan bahwa iman itu dalam hati dan  dalam  atau pengakuan secara lisan , Asy’ariyah berpendapatbahwa iman itu dalam hati dan dinyatakan dengan lisan serta di sempurnakan dngan perbuatan. Adapun kaum mu’tazilah menyatakan bahwa iman  itu harus dibuktikan dalam perbuatan. Perbedaan pandangan tersebut akan nampak jelas dalam aktifitas pengalman syari’at.
Golongan pertama menganggap masih tetap beriman seseorang walaupun tidak melaksanakan  syariat dan bahkan walaupun mengerjakan dosa besar sekalipun. Menurut pandangan kedua, keimanan dalam hati cukup dinyatakan dalam pernyataan atau ucapan. Seseorang yang mengucapkan syahadat sudah dianggap beriman, walaupun tanpa mengerjakan ajaran-ajaran agama. Menarik juga pandangan golongan yang ketiga ( asy’ariyah), yaitu iman harus diucapkan dan disempurnakan dengan perbuatan. Dengan mengucapkan syahadat seseorang sudah dianggap beriman, hanya belum sempurna, dan ia masih tetap dalam keimananya, walaupun ia berbuat dosa besar.
Bagaimana dampak kependidikan yang dihasilkan oleh ketiga paham atau pandangan tentang hakikat iman tersebut ? Golongan pertama bisa saja menyembunyikan keimananya.  Golongan kedua harus menampakkan keimananya, walaupun hanya sekedar dengan ucapan. Sedangkan Golongan ketiga rupanya menghendaki agar adanya keselarasan antara hati dan ucapan , tetapi dengan perbuatannya bisa secara berangsur-angsur diadakan penyelarasan.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan.
              Dalam perkembangannya filsafat islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Diantara pandangan filosofis yang masuk kedalam dunia Islam tentang hakikat manusia, yang juga diterima serta dikembangkan dikalangan umat islam adalah pandngan jabariyah dan qodariyah. Masuknya kedua aliran paham tersebut kedunia islam ternyata menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya perpecahan dikalangan umat islam.
              Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah sampai abad ke-18. Namun demikian dijelaskan juga bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam bergeliat bangkit dari ketertinggalan ditandai dengan munculnya pemikiran pembaharu dalam dunia Islam seperti Muhammad Ali Pasya dimesir dan gerakan Turki Muda di Turki dll.
              Perkembangan pemikiran Islam dalam tataran filosofis terbagi dua yakni pandangan filosofis yang sufistis dan pandangan filososfis yang rasional.
     Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke-13 dan terus elemah sampai abad ke-18. Namun demikian dijelaskan juga bahwa pada abad 19 mulailah dunia Islam bergeliat bangkit dari ketertinggalan.
     Timbulnya aliran-aliran dalam ilmu kalam, bermula dari perbedaan pandangan filosofis tentang hakikat kalam Allah. Pendukung  Ahlus-Sunnah, berpendapat bahwa Kalam Allah adalah merupakan kalam azali. Sebaliknya Ahli Kalam, berpendapat bahwa Kalam Allah adalah mahluk.
Problema filosofis dalam ilmu kalam lainnya yang terdapat perbedaan pandangan, adalah tentang hakikat iman yang berkisar antara dalam  hati, ikrar dengan  lisan, dan dibuktikan dengan  perbuatan.
Kaum murji’ah, berpandangan bahwa iman itu dalam  hati, sedangan kaum Khowarij, berpandangan bahwa iman itu dalam hati dan  dalam  atau pengakuan secara lisan , Asy’ariyah berpendapatbahwa iman itu dalam hati dan dinyatakan dengan lisan serta di sempurnakan dngan perbuatan. Adapun kaum mu’tazilah menyatakan bahwa iman  itu harus dibuktikan dalam perbuatan. Perbedaan pandangan tersebut akan nampak jelas dalam aktifitas pengalman syari’at.

B.     Kritik dan Saran.
Dengan kedatangan makalah ini, kami sampaikan dengan kemampuan usaha kami. Bila ini memang benar hanya dari Allah SWT yang memiliki Maha Kebenaran, apabila terdapat kesalahan itu karena kami tidak jauh dari kekhilafan dan tidak enggan para pembaca khususnya dosen Pengampu untuk memberikan kritik dan saran guna perbaikan-perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini banyak manfaat bagi mahasiswa STIBAFA khususnya dan para pembaca budiman pada umumnya. Amin....















DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, dkk Dra, Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/


[1] Dra. Zuhairini dkk: Filsafat pendidikan islam, Bumi aksara, Jakarta, Cet ke-04. Hal:137-138

[2] http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/
[3] Dra. Zuhairini dkk: filsafat pendidikan islam, bumi aksara, jakarta, Cet ke-04. Hal:1143-144.
[4] http://sanaky.staff.uii.ac.id/2012/07/16/satria-umami-aliran-aliran-pemikiran-pendidikan-islam-di-indonesia/
[5] . Zuhairini dkk: filsafat pendidikan islam, bumi aksara, jakarta, Cet ke-04. Hal:138-140.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar