BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu upaya meningkatkan dan
mengembangkan setiap individu untuk mencapai batas yang optimal dalam
memecahkan permasalahan sendiri dan mencapai kesejahteraan hidup. Bimbingan dan
penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan suatu ilmu yang baru bila di
bandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain pada umumnya. Bila kita telusuri maka
bimbingan dan penyuluhan itu mulai muncul sekitar permulaan abad XX. Gerakan
ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank
Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer dsb.
Konseling adalah hubungan pribadi dan dinamis
antara dua orang yang bermasalah dengan tujuan agar diketahui permasalahannya
sehingga ditemukan solusinya.
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bimbingan penyuluhan ?
2. Bagaimana proses perkembangan bimbingan
penyuluhan ?
3. Apa saja ruang linkup bimbingan penyuluhan ?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari bimbingan
penyuluhan.
2. Untuk mengetahui proses perkembangan bimbingan
penyuluhan.
3. Untuk mengetahui ruang linkup bimbingan
penyuluhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian BP
Year Book of
Education (1955) menyatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga,
serta masyarakat.
Jones (1963:25)
memberikan pengertian bimbingan adalah merupakan bantuan kepada individu dalam
membuat suatu pilihan yang cerdas atau tepat dalam penyesuaian kehidupan
mereka. Selanjutnya pula dikatakan bahwa kemampuan itu bukan merupakan suatu
factor bawaan, tetapi harus dikembangka.
Tujuan yang
saangat mendasar dari bimbingan menurut Jones
adalah mengembangkan setiap individu untuk mencapai batas yang optimal yaitu
dapat memecahkan permasalahannya sendiri dan membuat keputusan yang sesuai
dengan keadaan dirinya sendiri. Dengan demikian suatu keputusan yang diambil
bukan merupakan hasil paksaan seorang (guru, orang tua) melainkan dating dari
dalam diri sendiri setelah memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Dalam
hal ini artinya keputusan yang diambil harus berangkat dari dalam diri sendiri
yang dibimbing bukan merupakan pemaksaan guru, tutor, orang tua, pembimbing.[1]
Penyuluhan
menurut Bimo Walgito adalah: Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan individu
dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan langsung berhadapan muka, dengan
cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. (Walgito, 1989:5).[2]
Dari pendapat
tersebut di atas dapat dipahami bahwasanya bimbingan dan penyuluhan, ada
persamaannya dan ada perbedaannya. Persamaan adalah keduanya merupakan suatu
bantua bagi individu-individu dalam menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan
perbedaan, bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik
beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih menitik beratkan
pada segi kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti
dengan kata penyuluhan.
Jones mengatakan
bahwa konseling itu membicarakan masalah seseorang dengan berdiskusi dalam
prosesnya, hal ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok, jika di
lakukan secara individual dimana masalahnya sangat rahasia dan kelompok
masalahnya yang umum (rahasia).
Rohman dan M.
Surya (1986:25) menyampaikan bahwa konseling adalah semua bentuk hubungan
antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Wrenn (dalam
Bimo Walgito, 2010:7) mengemukakan pengertian konseling sebagai berikut:
Konseling
adalah hubungan pribadi dan dinamis antara dua orang yang bermasalah dengan
tujuan agar diketahui permasalahannya sehingga ditemukan solusinya.[3]
Dari urauian diatas
dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah bantuan yang diberikan
kepada individu dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupannya yang dihadapi
klien dengan cara wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan keberadaan
lingkungannya.
B.
Sejarah Perkembangan BP
Pelayanan
bimbingan sebagai usaha professional lahir di Amirika Serikat dan berkembang
dengan pesat sejak awal abad ini. Terdapat sejumlah factor yang mendorong
perkembangan gerakan bimbingan sampai mendapat tempat di instansi pendidikan
sekolah:
1.
Perhatian terhadap para imigran yang datang ke Amerika Serikat dari
kawasan Eropa pada awal abad ini dan membutuhkan pekerjaan yang layak supaya
dapat maju. Mereka dan aneka orang lain yang hidup dalam keadaan ekonomi yang
serba sulit mulai diyani oleh biro-biro vokasional, yang membantu dalam
memperoleh pekerjaan yang sesuai. Jadi, bukan kerja asal kerja, melainkan
pilihan jabatan yang cocok dengan kemampuan dan minat serta dapat memberikan
kepuasan. Lama kelamaan pelayanan bimbingan jabatan ini di integrasikan pada
pendidikan sekolah.
2.
Pengaruh dari agama Kristen yang membandang bumi ini sebagai medan
pertempuran antara berbagai perbuatan jahat dan beraneka dorongan yang baik.
Lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk memberikan pendidikan moral kepada
generasi muda, supaya kelak menjadi warga masyarakat yang bermoral baik.
3.
Perubahan social dalam masyarakat, akibat dari perang dunia, resesi
ekonomi, pengangguran, undang-undang wajib belajar tumbuhnya kota-kota besar,
dan kemajuan teknologi. Makin banyak anak yang menjadi murid di suatu institusi
pendidkan sekolah meraeka harus didampingi dalam menetapkan suatu program studi
yang sesuai.
4.
Subsidi vinansial dari pemerintah Federal yang memungkinkan
sekolah-sekolah untuk mengangkat beberapa konselor sekolah, dalam memulai
program pendidikan karir, bimbingan karir, penaggulan kenakalan remaja.
Berkat pengaruh
positif dari semua factor itu pelayanan bimbingan ditanamkan dan dikembangkan,
mulai dari pelayanan bimbingan jabatan diluar lingkup lembaga pendidikan sampai
pelayanan bimbingan sekolah, yang mencakup bukan hanya bimbingan jabatan
melainkan pula bimbingan dalam belajar dan bimbingan dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri serta pergaulan dengan orang lain.[4]
Perkembangan Bimbingan dan konseling
diawali dengan gerakan-gerakan di Amerika yang dipelopori oleh tokoh-tokoh
seperti Frank Parsons, Jesse B.Davis, Eli Wever, John Brewer. Dimulai dengan
gerakan bimbingan dalam bidang pekerjaan.
Pada tahun 1908 Frank Parsons mendirikan Biro di Boston untuk membantu individu
(para pengangguran) dalam mencari pekerjaan yang tepat dengan cara mencocokan
karakteristik individu dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan.
Jesse B. Davis memberikan kuliah mengenai bimbingan dan konseling pada tahun
1910-1916. Kemudian kegiatan tersebut dilakukan oleh Eli Wever di New York dan
John Brewer di Universitas Harvard. Mereka termasuk tokoh-tokoh yang
mengembangkan bimbingan dan konseling.
Sejarah perkembangan bimbingan konseling di Indonesia di mulai dalam lapangan
pendidikan . Dalam konferensi FKIP se Indonesia di Malang (1960) diputuskan
bahwa bimbingan dan konseling (yang waktu itu dikenal dengan istilah bimbingan
dan penyuluhan) dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Untuk pertama kalinya layanan
bimbingan dan konseling tertuang dalam kurikulum yaitu kurikulum 1975 untuk SMP
dan SMA. Dalam perkembangannya, mulai muncul tulisan-tulisan atau buku-buku
tentang bimbingan dan konseling yang dibuat oleh tokoh-tokoh di Indonesia serta
berbagai kegiatan berkenaan dengan bimbingan dan konseling.
Dalam perkembangannya, jika pada
tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan dan konseling terutama diarhkan
untuk membantu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama belajar di
sekolah, maka sekarang diarahkan pada masa sesudah pendidikan di sekolah.
Sehingga pelayanan bimbingan dan konseling lebih bermakna sebagai penunjang
pada persiapan siswa dalam menghadapi masa depan.
C. Ruang
Lingkup Bimbingan Penyuluhan
Asas berarti dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat), dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi), dan
hukum dasar. Prinsip berarti asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir,
pedoman bertindak), dan dasar.
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan
yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling,
sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. (Tidjan dkk, 2000:
15)[5]
1. Asas-Asas BP
Keberhasilan bimbingan dan koseling sangat
ditentukan oleh diwujudkan asas-asas berikut[6] :
a. Rahasia yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu
data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan sehingga kerahasiannya benar-benar terjamin.
b. Sukarela yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/ kegiatan yang diperlukan baginya.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.
c. Terbuka yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik.
d. Kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi asran
layanan berpartipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/ kegiatan
bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam
setiap layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling yang dipertukkan baginya.
e. Mandiri yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yakni peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan
menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangannya
kemandirian peserta didik.
f. Kini yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan
dan konseling ialah permasalahan peserta didik dalam kondisinya sekarang.
Layanan yang berkenaan dengan “ masa depan atau kondisi masa lampau pun”
dilihat damapak dan/ atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
g. Dinamis yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkenbambang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Terpadu yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
i. Harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai
dan norma yang berlaku.
j. Ahli yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling dsielenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal
ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
k. Ahli Tangan Kasus yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik mengalitangankan permasalah itu kepada
pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alaih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain atau ahli lain, demikian juga sebaliknya.
l. Tut Wuri Handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian juga segenap layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan
sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti
itu.
2. Prinsip-Prinsip BP
Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai
fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal
dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi
pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di
luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi
semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau
konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun
wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang
digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses
individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan
adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang
sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan
tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan
kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun
pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang
untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha
Bersama. Bimbingan bukan
hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan
kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka
bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang
Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting
baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya,
dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri,
dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan
untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan
yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan
konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam
Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
3. Tujuan BP
Ø
Secara Umum
Membantu siswa mengenal bakat, minat, dan
kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan
dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
Ø
Tujuan Khusus
Untuk membantu siswa agar dapat mencapai
tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, social, belajar, dan karier.
Dalam aspek pribadi :
1.
Memiliki kesadaran diri dan dapat mengembangkan sikap positif
2.
Membuat pilihan secara sehat
3. Menghargai orang lain
4.
Mempunyai rasa tanggung jawab
5.
Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi (interpersonal)
Aspek Belajar :
1.
Dapat melaksanakan keterampilan/ teknit belajar yang efektif
2.
Dapat menentukan tujuan dan perencanaan pendidikan
3.
Mampu belajar secara efektif
4. Memiliki
keterampilan dan kemampuan dalam kemampuan menghadapi ujian
4. Fungsi BP
1. Fungsi Pemahaman : Agar siswa dapat
memahami diri sendiri maupun lingkungan, baik lingkungan diri maupun social.
2. Fungsi Pencegahan : Upaya agar tidak muncul
masalah kembali dalam proses pengembangannya.
3. Fungsi Perbaikan : Di lakukan upaya untuk
memperbaiki masalah yang dihadapi.
4. Fungsi Pemeliharaan : Agar keadaan yang
telah membaik menjadi lebih baik.
5. Fungsi
Pengembangan : Fungsi bimbingan dan konseling dalam mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimiliki siswa.
6. Fungsi Penyaluran : Fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan penguasaan
karier yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan ciri-ciri keahlian.
7. Fungsi Penyesuaian : Membantu agar siswa
dapat menyesuaikan diri (Obyek siswa)
8. Fungsi Adaptasi : Fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran
dengan minat, kemampuan serta kebutuhan peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
·
Jones mengatakan bahwa konseling itu membicarakan masalah
seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini dapat dilakukan secara
individual atau kelompok, jika di lakukan secara individual dimana masalahnya
sangat rahasia dan kelompok masalahnya yang umum (rahasia).
·
Perkembangan Bimbingan dan konseling diawali dengan
gerakan-gerakan di Amerika yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank
Parsons, Jesse B.Davis, Eli Wever, John Brewer. Dimulai dengan gerakan
bimbingan dalam bidang pekerjaan. Salah satunya adalah Pada tahun 1908 Frank
Parsons mendirikan Biro di Boston untuk membantu individu (para pengangguran)
dalam mencari pekerjaan yang tepat dengan cara mencocokan karakteristik
individu dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan.
·
Asas-Asas BP diantaranya :
1. Rahasia
2. Sukarela
3. Terbuka
4. Kegiatan
5. Mandiri
6. Kini
7. Terpadu
8. Dinamis
9. Harmonis
10. Ahli
11. Ahli Tangan Kasus
12. Tut Wuri Handayani
·
Prinsip-Prinsip BP
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi
semua konseli.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses
individuasi.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha
Bersama.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang
Esensial dalam Bimbingan dan konseling.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam
Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
·
Tujuan BP
Ø Secara Umum
Membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang
sesuai dengan tuntutan kerja.
Ø Tujuan Khusus
Untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek pribadi, social, belajar, dan karier.
·
Fungsi BP
1. Fungsi Pemahaman
2. Fungsi Pencegahan
3. Fungsi Perbaikan
4. Fungsi pemeliharaan
5. Fungsi Pengembangan
6. Fungsi Penyaluran
7. Fungsi Penyesuaian
8. Fungsi Adaptasi
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S. (2004). Bimbingan Dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf L.N, Dr. Syamsu dan Nurihsan, Dr. A.
Juntika.(2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html.
[1] Dr.
H. Sutirna, M. Pd. Bimbingan dan konseling, CV. Andi Offset, hal:2- 3
[3] Op.
cit, hal: 13-14
[4]
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, bimbingan dan konseling (Yogyakarta,
media abadi, 2006) hal:51-52
[5] http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html
[6] Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr.
A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, PT. Remaja Rosdakarya
(2010), hal: 22-24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar