Rabu, 27 Agustus 2014

Urgensi Bimbingan Penyuluhan (BP)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu upaya meningkatkan dan mengembangkan setiap individu untuk mencapai batas yang optimal dalam memecahkan permasalahan sendiri dan mencapai kesejahteraan hidup. Bimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan suatu ilmu yang baru bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain pada umumnya. Bila kita telusuri maka bimbingan dan penyuluhan itu mulai muncul sekitar permulaan abad XX. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer dsb.
Konseling adalah hubungan pribadi dan dinamis antara dua orang yang bermasalah dengan tujuan agar diketahui permasalahannya sehingga ditemukan solusinya.
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari bimbingan penyuluhan ?
2.      Bagaimana proses perkembangan bimbingan penyuluhan ?
3.      Apa saja ruang linkup bimbingan penyuluhan ?
C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari bimbingan penyuluhan.
2.      Untuk mengetahui proses perkembangan bimbingan penyuluhan.
3.      Untuk mengetahui ruang linkup bimbingan penyuluhan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian BP
Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Jones (1963:25) memberikan pengertian bimbingan adalah merupakan bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau tepat dalam penyesuaian kehidupan mereka. Selanjutnya pula dikatakan bahwa kemampuan itu bukan merupakan suatu factor bawaan, tetapi harus dikembangka.

Tujuan yang saangat mendasar dari bimbingan menurut Jones adalah mengembangkan setiap individu untuk mencapai batas yang optimal yaitu dapat memecahkan permasalahannya sendiri dan membuat keputusan yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. Dengan demikian suatu keputusan yang diambil bukan merupakan hasil paksaan seorang (guru, orang tua) melainkan dating dari dalam diri sendiri setelah memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini artinya keputusan yang diambil harus berangkat dari dalam diri sendiri yang dibimbing bukan merupakan pemaksaan guru, tutor, orang tua, pembimbing.[1]
Penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah: Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan langsung berhadapan muka, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito, 1989:5).[2]
Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwasanya bimbingan dan penyuluhan, ada persamaannya dan ada perbedaannya. Persamaan adalah keduanya merupakan suatu bantua bagi individu-individu dalam menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih menitik beratkan pada segi kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti dengan kata penyuluhan.
Jones mengatakan bahwa konseling itu membicarakan masalah seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok, jika di lakukan secara individual dimana masalahnya sangat rahasia dan kelompok masalahnya yang umum (rahasia).
Rohman dan M. Surya (1986:25) menyampaikan bahwa konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Wrenn (dalam Bimo Walgito, 2010:7) mengemukakan pengertian konseling sebagai berikut:
Konseling adalah hubungan pribadi dan dinamis antara dua orang yang bermasalah dengan tujuan agar diketahui permasalahannya sehingga ditemukan solusinya.[3]
Dari urauian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupannya yang dihadapi klien dengan cara wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan keberadaan lingkungannya. 
  
B.     Sejarah Perkembangan BP
Pelayanan bimbingan sebagai usaha professional lahir di Amirika Serikat dan berkembang dengan pesat sejak awal abad ini. Terdapat sejumlah factor yang mendorong perkembangan gerakan bimbingan sampai mendapat tempat di instansi pendidikan sekolah:
1.      Perhatian terhadap para imigran yang datang ke Amerika Serikat dari kawasan Eropa pada awal abad ini dan membutuhkan pekerjaan yang layak supaya dapat maju. Mereka dan aneka orang lain yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba sulit mulai diyani oleh biro-biro vokasional, yang membantu dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai. Jadi, bukan kerja asal kerja, melainkan pilihan jabatan yang cocok dengan kemampuan dan minat serta dapat memberikan kepuasan. Lama kelamaan pelayanan bimbingan jabatan ini di integrasikan pada pendidikan sekolah.
2.      Pengaruh dari agama Kristen yang membandang bumi ini sebagai medan pertempuran antara berbagai perbuatan jahat dan beraneka dorongan yang baik. Lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk memberikan pendidikan moral kepada generasi muda, supaya kelak menjadi warga masyarakat yang bermoral baik.
3.      Perubahan social dalam masyarakat, akibat dari perang dunia, resesi ekonomi, pengangguran, undang-undang wajib belajar tumbuhnya kota-kota besar, dan kemajuan teknologi. Makin banyak anak yang menjadi murid di suatu institusi pendidkan sekolah meraeka harus didampingi dalam menetapkan suatu program studi yang sesuai.
4.      Subsidi vinansial dari pemerintah Federal yang memungkinkan sekolah-sekolah untuk mengangkat beberapa konselor sekolah, dalam memulai program pendidikan karir, bimbingan karir, penaggulan kenakalan remaja.
Berkat pengaruh positif dari semua factor itu pelayanan bimbingan ditanamkan dan dikembangkan, mulai dari pelayanan bimbingan jabatan diluar lingkup lembaga pendidikan sampai pelayanan bimbingan sekolah, yang mencakup bukan hanya bimbingan jabatan melainkan pula bimbingan dalam belajar dan bimbingan dalam hal-hal yang menyangkut diri sendiri serta pergaulan dengan orang lain.[4]
Perkembangan Bimbingan dan konseling diawali dengan gerakan-gerakan di Amerika yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B.Davis, Eli Wever, John Brewer. Dimulai dengan gerakan bimbingan dalam bidang pekerjaan.
            Pada tahun 1908 Frank Parsons mendirikan Biro di Boston untuk membantu individu (para pengangguran) dalam mencari pekerjaan yang tepat dengan cara mencocokan karakteristik individu dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan.
            Jesse B. Davis memberikan kuliah mengenai bimbingan dan konseling pada tahun 1910-1916. Kemudian kegiatan tersebut dilakukan oleh Eli Wever di New York dan John Brewer di Universitas Harvard. Mereka termasuk tokoh-tokoh yang mengembangkan bimbingan dan konseling.
            Sejarah perkembangan bimbingan konseling di Indonesia di mulai dalam lapangan pendidikan . Dalam konferensi FKIP se Indonesia di Malang (1960) diputuskan bahwa bimbingan dan konseling (yang waktu itu dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan) dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Untuk pertama kalinya layanan bimbingan dan konseling tertuang dalam kurikulum yaitu kurikulum 1975 untuk SMP dan SMA. Dalam perkembangannya, mulai muncul tulisan-tulisan atau buku-buku tentang bimbingan dan konseling yang dibuat oleh tokoh-tokoh di Indonesia serta berbagai kegiatan berkenaan dengan bimbingan dan konseling.
Dalam perkembangannya, jika pada tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan dan konseling terutama diarhkan untuk membantu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama belajar di sekolah, maka sekarang diarahkan pada masa sesudah pendidikan di sekolah. Sehingga pelayanan bimbingan dan konseling lebih bermakna sebagai penunjang pada persiapan siswa dalam menghadapi masa depan.




C.    Ruang Lingkup  Bimbingan Penyuluhan
Asas berarti dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat), dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi), dan hukum dasar. Prinsip berarti asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, pedoman bertindak), dan  dasar.
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. (Tidjan dkk, 2000: 15)[5]
1.      Asas-Asas BP
Keberhasilan bimbingan dan koseling sangat ditentukan oleh diwujudkan asas-asas berikut[6] :
a. Rahasia yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan sehingga kerahasiannya benar-benar terjamin.
b. Sukarela yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/ kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Terbuka yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik.
d. Kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi asran layanan berpartipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/ kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling yang dipertukkan baginya.
e. Mandiri yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangannya kemandirian peserta didik.
f. Kini yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “ masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat damapak dan/ atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Dinamis yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkenbambang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Terpadu yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
i. Harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang berlaku.
j. Ahli yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dsielenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
k. Ahli Tangan Kasus yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik mengalitangankan permasalah itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alaih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain atau ahli lain, demikian juga sebaliknya.
l. Tut Wuri Handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.
        2. Prinsip-Prinsip BP
Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

3.      Tujuan BP
Ø  Secara Umum
Membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
Ø  Tujuan Khusus
Untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, social, belajar, dan karier.
Dalam aspek pribadi :
1.      Memiliki kesadaran diri dan dapat mengembangkan sikap positif
2.      Membuat pilihan secara sehat
3.      Menghargai orang lain
4.      Mempunyai rasa tanggung jawab
5.      Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi (interpersonal)
Aspek Belajar :
1.      Dapat melaksanakan keterampilan/ teknit belajar yang efektif
2.      Dapat menentukan tujuan dan perencanaan pendidikan
3.      Mampu belajar secara efektif
4.    Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam kemampuan menghadapi ujian

4.      Fungsi BP
1. Fungsi Pemahaman : Agar siswa dapat memahami diri sendiri maupun lingkungan, baik lingkungan diri maupun social.
2. Fungsi Pencegahan : Upaya agar tidak muncul masalah kembali dalam proses pengembangannya.
3. Fungsi Perbaikan : Di lakukan upaya untuk memperbaiki masalah yang dihadapi.
4. Fungsi Pemeliharaan : Agar keadaan yang telah membaik menjadi lebih baik.
5.         Fungsi Pengembangan : Fungsi bimbingan dan konseling dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki siswa.
6. Fungsi Penyaluran : Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan ciri-ciri keahlian.
7. Fungsi Penyesuaian : Membantu agar siswa dapat menyesuaikan diri (Obyek siswa)
8. Fungsi Adaptasi : Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan serta kebutuhan peserta didik.





















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
·         Jones mengatakan bahwa konseling itu membicarakan masalah seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok, jika di lakukan secara individual dimana masalahnya sangat rahasia dan kelompok masalahnya yang umum (rahasia).
·         Perkembangan Bimbingan dan konseling diawali dengan gerakan-gerakan di Amerika yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B.Davis, Eli Wever, John Brewer. Dimulai dengan gerakan bimbingan dalam bidang pekerjaan. Salah satunya adalah Pada tahun 1908 Frank Parsons mendirikan Biro di Boston untuk membantu individu (para pengangguran) dalam mencari pekerjaan yang tepat dengan cara mencocokan karakteristik individu dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan.
·         Asas-Asas BP diantaranya :
1.      Rahasia                                      
2.      Sukarela
3.      Terbuka
4.      Kegiatan
5.      Mandiri
6.      Kini
7.      Terpadu
8.      Dinamis
9.      Harmonis
10.  Ahli
11.  Ahli Tangan Kasus
12.  Tut Wuri Handayani

·         Prinsip-Prinsip BP
1.      Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
2.      Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
3.      Bimbingan menekankan hal yang positif.
4.      Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
5.      Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.
6.      Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
·         Tujuan BP
Ø  Secara Umum
Membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
Ø  Tujuan Khusus
Untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, social, belajar, dan karier.
·         Fungsi BP
1.      Fungsi Pemahaman
2.      Fungsi Pencegahan
3.      Fungsi Perbaikan
4.      Fungsi pemeliharaan
5.      Fungsi Pengembangan
6.      Fungsi Penyaluran
7.      Fungsi Penyesuaian
8.      Fungsi Adaptasi










DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S. (2004). Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf L.N, Dr. Syamsu dan Nurihsan, Dr. A. Juntika.(2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html.




[1] Dr. H. Sutirna, M. Pd. Bimbingan dan konseling, CV. Andi Offset, hal:2- 3
[3] Op. cit, hal: 13-14
[4] W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, bimbingan dan konseling (Yogyakarta, media abadi, 2006) hal:51-52
[5] http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html
[6]  Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, PT. Remaja Rosdakarya (2010), hal: 22-24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar